Nov 30, 2022
Tugas IQ, Pengertian Amtsal Dalam Al Quran
Soal dan Jawaban UTS Ilmu Al Quran
UTS ILMU ALQUR'AN
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kejuruan
1. Apakah yang anda pahami dengan ilmu Quran dan bagaimana signifikansinya dengan kehidupan pada saat ini? Jelaskan Pendapat anda!
2. Bagaimana cara mengimplementasikan ilmu quran dalam pembelajaran PAI di sekolah? Jelaskan pendapat anda dengan dilengkapi contoh kegiatan di sekolah, minimal 3!
3. Apa yang anda pahami dari istilah‐istilah di bawah ini? Jelaskan pendapat anda disertai dengan contohnya dalam ayat al quran minimal 3.
a. Asbabun Nuzul
b. Munasabah
c. Makkiyah dan Madaniyah
d. Muhkam dan Mutasyabih
e. Qashas
4. Tuliskan dan jelaskan ayat‐ayat quran dan hadits yang terkait dengan Pendidikan (ayat dan hadits tarbawy), masing‐masing 4.
5. Terkait dengan kurikulum pendidikan, hal apakah yang seharusnya dikuasai/dimiliki oleh seorang guru ketika mengajar di kelas? Jelaskan pendapat anda secara detil dan sistematis!
Selamat Mengerjakan!
Arsip Jawaban:
1.
Ilmu Al-Qur'an atau 'Ulumul Qur'an adalah ilmu yang membahas tentang hal-hal berkaitan dengan Al-Qur'an. Pokok-pokok pembahasannya mengenai sejarah turunnya ayat, urut-urutan ayat, pengumpulan ayat, penulisan ayat, pembacaan ayat, tafsir ayat, i'jaz, nasikh dan mansukh, bantahan terhadap hal yang meragukan Al-Qur'an, dll.
Maka ilmu Al-Qur'an adalah ilmu yang signifikan dan relevan dipelajari di masa kini dan masa depan. Karena dengan ilmu Al-Qur'an kita akan mengetahui detail suatu ayat dari berbagai aspek. Dengan demikian kita tidak akan terpengaruh dengan isu dan misi oknum atau kelompok tertentu yang mempunyai misi pengkaburan terhadap makna suatu ayat demi kepentingannya, kelompoknuya atau kepentingan lainnya.
2.
Diantara cara mengimplementasikan ilmu Al-Qur'an pada PAI di sekolah ialah:
A. Menceritakan sejarah turunnya
B. Menjelaskan maksud yang terkandung dalam terjemahannya
C. Memberi penekanan penjelasan pada ayat-ayat yang maknanya sering diselewengkan atau dinistakan, kemudian memberikan solusi atas isu penistaan ayat tersebut sehingga siswa tercerahkan.
Adapun kegiatan yang paling relevan di sekolah yaitu diadakan aneka lomba di akhir tahun pelajaran, misalnya:
A. Lomba Syarhil Qur'an
B. Lomba Tafsir Qur'an
C. Lomba Hifzhil Qur"an
Tergantung tingkat atau jenjang pendidikan.
3.
A.
Asbabun Nuzul adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas tentang latar belakang atau sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur'an. Ilmu ini biasa digunakan untuk memudahkan para Mufassir menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat berdasarkan kisah diturunkannya. Ilmu ini juga digunakan untuk menetapkan hukum berdasarkan hikmah di balik kisah diturunkannya.
Contohnya:
Surah Adh Dhuha turun pada waktu Dhuha sebagai bantahan atas pertanyaan berupa penghinaan yang dilontarkan oleh kaum kafir Mekah kepada Rasulullah. Mereka menganggap beliau tidak dipedulikan lagi oleh Allah, sehingga lama tidak menerima wahyu kenabian. Akhirnya Allah menjawab dengan surah ini.
Surah An-Nisa’ ayat 43 yang artinya berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghampiri sholat sedang kamu dalam keadaan mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan…” (QS.An-nisa’, 43) turun setelah ada seseorang mengimami sholat, sedangkan ia dalam keadaan mabuk, sehingga salah membaca surah Al-Kafirun. Dari peristiwa itu maka turun ayat tersebut.
Surah Al-Isra’ ayat 85 yang artinya berbunyi: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, Katakanlah "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberikan pengetahuan melainkan sedikit”. (QS. Al-Isra’:85). Ayat ini turun setelah ada pertanyaan tentang sesuatu yang sedang merebak pada saat itu, yakni pertanyaan tentang ruh. Maka akhirnya turunlah ayat ini.
B.
Munasabah ialah sebuah ilmu Al-Qur'an yang membahas tentang pemahaman makna ayat secara komprehensif atau menyeluruh dengan menghubungkan antara ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, antara pembuka ayat dan penutupnya, dan antar ayat dengan surah yang mempunyai kesesuaian tema.
Disamping kesesuaian, disebutkan oleh Imam As Suyuthi bahwa keterkaitan tersebut bisa berupa sabab dan musababnya, kesamaan dan lawannya.
Contohnya:
QS. Saba', 2 yang artinya berbunyi: "Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. dan Dia-lah yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun." (QS. Saba', 2)
Pada ayat ini terdapat Munasabah di dalam satu ayat pada lawan katanya.
Ayat pertama dan kedua Surah Al Fil yang artinya berbunyi: "Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah." (QS Al-Fiil, 1) dan: "Bukankah Dia menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia). (QS Al-Fiil, 2). Dua ayat ini ada kesesuaian hubungan antara ayat, sebelu dan sesudahnya.
Dua ayat yang tak boleh dipisahkan karena saling terkait atau bermunasabah, yg artinya: "Bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian." (QS. At-Taubah, 5) dan "... jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui." (QS. At-Taubah, 6).
Apabila dua ayat tersebut dipisah atau sengaja tidak dikorelasikan dengan konsep munasabah maka kacaulah pemahaman umat. Jadi munasabah sangat penting untuk dipelajari.
C.
Makkiyah adalah sebutan untuk ayat atau surah Al Qur'an yang diturunkan di kota Mekah.
Contohnya:
Madaniyah adalah sebutan untuk ayat atau surah Al Qur'an yang diturunkan di kota Madinah.
Contohnya:
D.
Muhkam secara bahasa berasal dari kata ihkaam yang berarti kekukuhan, kesempurnaan, dan keseksamaan. Muhkam secara istilah adalah ayat- ayat yang maknanya sudah jelas dan tidak samar
Contohnya:
Sedangkan kata mutasyabih secara bahasa berasal dari kata tasyabuh yang berarti keserupaan dan kesamaran. Mutasyabih secara istilah adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas sehingga memerlukan pentakwilan untuk mengetahui maksudnya.
Contohnya:
E.
Secara etimologi, kata Al-Qashashu (القصص) jamak dari Qishshatu (القصة) berarti cerita, kisah, hikayat. Dalam Makna al-Qattan kata al-Qashshu berarti mencari atau mengikuti jejak.
Secara terminologi, Qashashul-Quran ialah kabar Al-Quran tentang keadaan-keadaan umat terdahulu dan kenabian di masa lalu beserta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al-Quran juga mengisahkan sejarah bangsa-bangsa dan keadaan negeri-negeri peninggalan umat-umat terdahulu.
4.
A1. Surat Thaha ayat 114
B1. Surat Al-Kahf Ayat 68
C1. Surat Asy-Syu'ara' Ayat 83
D1. Surat Al-Mujadilah Ayat 11
A2.
B2.
C2.
D2.
5.
Hal-hal yang harus dikuasai guru adalah:
A. Materi pelajaran
Penguasaan materi pelajaran adalah syarat utama menjadi guru. Karena tanpa itu guru tidak akan bisa berkata apa-apa di depan kelas.
B. Metode pengajaran
Banyak metode yang bisa dipilih seorang guru dalam penyampaian materi pelajaran. Dalam hal ini ada banyak metode, misalnya metode ceramah, tanya jawab, pemecahan masalah, penugasan, dsb. Selanjutnya, guru menerapkannnya sesuai kebutuhan di kelas.
C. Keterampilan mendidik
Di samping mengajar atau selaku mu'allim, guru juga bertindak sebagai pendidik (murabbi). Pendidikan yang paling utama adalah akhlak (ta'dib). Akhlak yang paling mulia adalah sebagaimana dicontohkan Rasulullah.
D. Kesiapan menjadi Fasilitator
Tugas IQ, Maksud Qashash Dalam Al Quran
Tugas Mata Kuliah Ilmu Al-Quran (IQ)
Modul Materi Kisah-kisah dalam Al Quran
Pertanyaan dan Jawaban
1. Jika dikategorikan dalam cerita fiksi dan non fiksi, dimanakah posisi kisah-kisah dalam al quran? jelaskan pendapat anda
2. Menurut anda, Kisah Qarun dalam al quran masuk dalam kategori cerita apa? jika dikaitkan dengan saat sekarang, banyak juga cerita tentang penemuan harta terpendam yang langsung diklaim sebagai harta Qarun. apakah memang ada kaitannya antara Qarun dan harta karun?
Menurut saya:
1.
Kisah-kisah dalam Al Qur'an bukanlah cerita fiksi, tetapi nonfiksi. Banyak sekali kisah nyata di Al Qur'an yang terbukti nyata, telah dibuktikan secara ilmiyah, dan disaksikan oleh Rasulullah SAW di dalam peristiwa Isra' Mikraj.
Salah satu bukti nyata ke-nonfiksi-an Al Qur'an adalah kisah tentang Fir'aun. Disebutkan di dalam Al Qur'an bahwa jasadnya pasti akan diselamatkan (diabadikan) oleh Allah. Ternyata, selang beberapa abad kemudian, jazad Fir'aun ditemukan dalam kondisi 'diselamatkan'. Hal ini menunjukkan bahwa cerita di dalam Al Qur'an adalah nonfiksi, tetapi nyata dan fakta.
2. Begitupula dengan kisah Qarun. Kisahnya adalah nonbfiksi dan nyata. Sebagai pembuktian, kini puing Istana Qorun masih ada sampai sekarang. Ruangan besar dengan pilar raksasa dan beratap tinggi, potongan batu bangunan kira-kira seukuran di Piramida Giza, ruang semacam singgasana, di kanan-kiri merupakan kamar-kamar penyimpanan harta benda. Tempat itu kini dikenal dengan nama Bahirah (Danau) Qarun. Danau itu sepanjang sekitar 30 kilometer dan lebar 10 kilometer berkedalaman 30-40 meter.
Adapun pengungkapan kata harta karun untuk harta terpendam di zaman sesudahnya, termasuk di zaman ini, adalah istilah saja. Hal ini seumpama penyebutan kata bilal terhadap muadzdzin shalat Jum'at di zaman ini dan di zaman setelah zamannya Bilal bin Rabah, muadzdzin kepercayaan Rasulullah SAW. Di samping itu, tidak semua harta karun yang ditemukan belakangan ini adalah betul-betul harta peninggalan Qarun pernah digunakannya. Bisa jadi peninggalan Belanda atau nenek moyang kita.
Trimakasih.
Tugas 6
Mata Kuliah: Studi Al Qur'an
Nama: Akh. Madani
NIM: 2281131059
Tanggal: 13.11.2022
Jawablah pertanyaan berikut ini, dan buatlah rangkuman modul pembelajaran 6.
1. Apa yang dimaksud dengan qashash dalam al Quran secara bahasa dan istilah?
2. Ada berapa macam kisah dalam alquran? Jelaskan jawaban anda disertai dengan contohnya.
3. Apa tujuan dan hikmah mengetahui kisah‐kisah dalam al quran?
4. Secara pedagogis, apa hikmah mengetahui kisah yang terkandung dalam surat Yusuf? Kaitkan jawaban anda dengan praktik pendidikan di sekolah
5. Kisah apa yang terkandung dalam surat lukman ayat 13‐17? Jelaskan jawaban anda dengan mengkorelasikannya dengan praktik pendidikan di sekolah
6. Kisah apakah yang terkandung dalam surat al Kahfi ayat 60‐82? Jika dikaitkan dengan pembelajaran PAI di sekolah, nilai‐nilai apa saja yang didapatkan dari cerita tersebut? Dan bagaimana cara mempraktikkannya dalam pembelajaran PAI di sekolah?
7. Tuliskan ayat‐ayat atau hadits yang berisi tentang kisah umat terdahulu yang melanggar perintah Allah. Lengkapi jawaban anda dengan terjemahnya.
8. Buatlah ringkasan pada modul pembelajaran Ilmu Quran tema 6.
Jawaban:
1.
Secara etimologi, kata al-Qashashu atau Qishashun (قصص) jamak dari Qishshatu (قصة) berarti cerita, kisah, hikayat. Dalam Manna al-Qattan kata al-Qashshu yang berarti mencari atau mengikuti jejak.
Secara terminologi, Qishashul-Quran ialah kabar al-Quran tentang keadaan-keadaan umat terdahulu dan kenabian di masa lalu berikut peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al-Quran melengkapi keterangan-keterangan tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi berupa sejarah bangsa-bangsa. Keadaan negeri-negeri peninggalan jejak setiap umat.
2.
Ada 3 yaitu:
Pertama:
Kisah-kisah para Nabi. Di dalam Al-Qur’an banyak sekali diceritakan kisah-kisah para nabi dan kaumnya, mukjizat-mukjizat yang Allah swt. berikan kepada mereka, para penentang mereka, tahap-tahap dan perkembangan dakwah mereka, serta balasan bagi orang-orang yang mengimani mereka dan yang mendustai mereka. Contohnya adalah kisah Nabi Nuh a.s., Ibrahim a.s., Musa a.s., Harun a.s., Isa a.s., Muhammad saw., serta para nabi dan rasul lainnya.
Kedua:
Kisah-kisah yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tokoh masa lalu serta orang-orang penting yang bukan termasuk para nabi. Seperti kisah Thaluth dan Jaluth, anak-anak Nabi Adam a.s., Ashabul Kahfi, Dzul Qarnain, Qarun, Ashabus Sabt, Maryam, Ashabul Ukhdud (orang-orang yang membuat parit, yakni para pembesar di Yaman yang zalim terhadap umat mukmin).
3.
Tujuan dan hikmahnya yaitu:
Menjelaskan pokok-pokok ajaran agama dan asas dakwah, memantapkan hati Rasulullah dan umat beliau, membenarkan keberadaan para nabi, membuktikan kerasulan Nabi Muhammad saw, memberikan petunjuk dan ibroh kepada umat.
4.
Secara pedagogis, kisah nabi Yusuf mengajarkan kepada kita bahwa:
Allah SWT punya rencana terbaik, tak terkalahkan dengan rencana manusia. Maka rencana 'penenggelaman' nabi Yusuf oleh saudara-saudaranya terpatahkan oleh rencana Allah, Sang Maha Perencana (Khairul Makirin).
Oleh karena itu, kita sebagai guru harus menanamkan tentang kehebatan rencana Allah ini kepada siswa agar nilai akidah mereka semakin baik.
5.
Kisah yang terkandung dalam ayat ini mencerminkan betapa sayangnya seorang ayah terhadap anaknya. Maka sang ayah ingin anaknya untuk menjadi orang selamat di dunia dan akhirat dengan upaya pengajaran tauhid dan syariat secara berimbang.
Pengajaran ini sangat penting diterapkan di sekolah oleh guru sebagai orang tua terhadap siswanya sebagai anaknya.
Di samping itu, cara menunjukkan rasa sayang terhadap anak bukanlah dengan memanjakan mereka dengan materi tetapi dengan pengertian agama. Inilah nilai pendidikan yang perlu diterapkan di lembaga pendidikan, utamanya lembaga pendudikan islam.
6.
Ayat ini menjelaskan kisah murid dan guru. Nabi Musa sebagai murid, nabi Khidir sebagai guru. Mereka seolah memperagakan keadaan di akhir zaman yang mana guru sering mendapatkan protes dari muridnya. Tapi sebagai guru bijak dan profesional, nabi Khidir memaklumi muridnya dan bahkan menjelaskan dengan lugas maksud dan hikmah perbuatan guru tersebut.
Di dalam praktek dunia pendidikan, guru harus memiliki sifat dan sikap bijak ini agar dunia pendidikan berjalan harmonis.
Cara yang paling ampuh untuk bisa bijak adalah menanamkan rasa tepa salira (menganggap kita di posisi siswa) dan menanamkan keyakinan bahwa ilmu Allah sangat luas. Di atas level ilmu siswa mungkin ilmu selevel ilmu kita, dan masih banyak level ilmu, di atas ilmu kita.
7.
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
"Dan, sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: 'Jadilah kamu kera yang hina'.'' [Al-A'raaf (7) : 166]
8.
Kisah-kisah di dalam Al Qur'an memberikan pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya agar dijadikan ibroh (pelajaran) untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan benar. Selain itu, kisah-kisah yang dicantumkan di dalam Al Qur'an adalah sebagai pelajaran dan petunjuk yang berguna bagi setiap orang beriman dan bertaqwa dalam rangka memenuhi tujuan diciptakannya yaitu sebagai hamba dan khalifah di muka bumi ini.
Kisah-kisah dalam Al-Qur'an berupa peristiwa nyata yang benar-benar terjadi. Kisah-kisah Al-Qur'an selalu sejalan dalam kehidupan manusia di masa lalu, sekarang, dan akan datang. Kisah-kisah Al-Qur'an tidak sama dengan ilmu sejarah/ Kisah Al-Quran sering diulang-ulang.
Kisah-kisah dalam Al-Qur'an sarat dengan muatan edukatif bagi manusia khususnya pembaca dan pendengarnya. Kisah-kisah tersebut menjadi bagian dari metode pendidikan yang efektif bagi pembentukan jiwa yang bertauhid dan berta'abbud kepada Allah SWT.
Tujuan kisah dalam Al-Qur'an berkaitan pendidikan anak adalah untuk meningkatkan spiritual anak berupa petunjuk, hikmah, i'tibar, peringatan, ancaman, apresiasi, dan penghargaan atau pahala kebahagian dunia akhirat.
Tugas IQ, Maksud Ayat Muhkam dan Mutasyabih
Tugas Mata Kuliah Ilmu Al-Quran (IQ)
Mata Kuliah Ulumul Quran
Ayat Muhkam dan Mutasyabih
Pertanyaan dan Jawaban tentang Maksud Ayat Muhkam dan Mutasyabih.
1. Apa yang dimaksud dengan Muhkam dan Mutasyabih? Jelaskan secara etimologi dan terminologi?
Jawaan:
Muhkam secara bahasa berasal dari kata ihkaam yang berarti kekukuhan, kesempurnaan, dan keseksamaan. Muhkam secara istilah adalah ayat- ayat yang maknanya sudah jelas dan tidak samar.
Sedangkan kata mutasyabih secara bahasa berasal dari kata tasyabuh yang berarti keserupaan dan kesamaan. Mutasyabih secara istilah adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas sehingga memerlukan pentakwilan untuk mengetahui maksudnya.
Di samping itu, ayat mutasyabih juga disebut sebagai ayat yang samar- samar. Biasanya, ayat-ayat mutasyaabihat berkaitan dengan sifat Allah Yang Maha Zhahir dan Maha Bathin. Dengan ini kita tidak diolehkan memahaminya secara literal dan menelannya mentah-mentah. Karena, jika dimaknai secara literal, akan memberikan pemahaman yang bahkan merancukan akidah.
2. Bagaimana cara mengetahui ayat-ayat mutasyabihat? Apa ciri-cirinya?
Jawaban:
Ada 2 cara. Pertama, denga cara tafwidl. Ssebagian ulama meyebutnya dengan istilah ta’wil ijmali atau yakwil secara global. Cara ini digunakan oleh sebagian besar ulama salaf pada tiga abad pertama Hijriah. Mereka meyakini bahwa maknanya bukanlah makna lahiriahnya yang merupakan sifat-sifat jism (sesuatu yang memiliki ukuran dan bentuk atau dimensi), tetapi memiliki makna yang layak bagi keagungan dan kesucian Allah tanpa menentukan apa makna tersebut. Mereka mengembalikan dan menyesuaikan makna ayat-ayat mutasyabihat kepada ayat-ayat muhkamat serta meyakini bahwa ayat-ayat mutasyabihat tersebut tidak mengandung makna yang bertentangan dengan makna ayat-ayat muhkamat.
Kedua, degan cara ta’wil. Sebagian ulama menyebutnya dengan istilah ta’wil tafshili atau takwil secara terperinci. Cara ini digunakan oleh sebagian besar ulama khalaf yang hidup setelah tiga abad pertama Hijriah. Mereka menakwil atau memaknai ayat-ayat mutasyabihat secara terperinci dengan menentukan makna-maknanya sesuai dengan penggunaan kata tersebut dalam bahasa Arab serupa halnya dengan ulama salaf, mereka tidak memahami ayat-ayat tersebut dengan makna lahiriahnya.
Cara ta’wil ini sangat tepat dan bijak untuk diterapkan, terutama ketika dikhawatirkan terjadi goncangan aqidah di kalangan orang-orang awam demi untuk menjaga dan membentengi mereka dari keyakinan tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Cara ini juga digunakan oleh sebagian ulama salaf seperti Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Sufyan ats-Tsauri, Ahmad bin Hanbal, al-Bukhari dan lainnya.
3. Berikan contoh ayat muhkamat dan mutasyabihat, masing-masing tujuh ayat!
Jawaban:
Terlampir
4. Coba anda jelaskan keterkaitan antara muhkam dan mutasyabih dengan dalam tafsir Quran!
Jawaban:
Mengenai ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat ini terdapat 3 pendapat:Ketiga: yang paling kuat adanya muhkam dan mutasyabih, karena kedua ayat tersebut di atas. Sebab, maksud uhkimat ayatuhu dalam ayat di bawah ini menjelaskan tentang kesempurnaan al-Qur'an tidak adanya pertentangan antar ayat-ayatnya. Sedangkan maksud mutasyabih dalam kebenaran, kebaikan dan kemu'jizatan.
5. Buatlah Resume modul Ilmu Quran Pertemuan Ke 5 tentang muhkam dan mutasyabih.
Jawaban:
Muhkam secara bahasa berasal dari kata ihkaam yang berarti kekukuhan,
kesempurnaan, dan keseksamaan. Muhkam secara istilah adalah ayat- ayat yang
maknanya sudah jelas dan tidak samar.
Contoh Ayat
Muhkam:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya:
“Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan
seorang perempuan dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal”. (QS. Al-Hujarat: 13).
Sedangkan
kata mutasyabih secara bahasa berasal dari kata tasyabuh yang berarti
keserupaan dan kesamaan. Mutasyabih secara istilah adalah ayat-ayat yang
maknanya belum jelas sehingga memerlukan pentakwilan untuk mengetahui
maksudnya.
Contoh Ayat Mutasyabih:
الرَّحْمَنُ
عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
Artinya:
“ Yaitu Tuhan Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas Arsy”. (QS.Thaha: 5).
Di samping itu,
ayat mutasyabih juga disebut sebagai ayat yang samar- samar. Biasanya,
ayat-ayat mutasyaabihat berkaitan dengan sifat Allah Yang Maha Zhahir dan Maha
Bathin. Dengan ini kita tidak diolehkan memahaminya secara literal dan
menelannya mentah-mentah. Karena, jika dimaknai secara literal, akan memberikan
pemahaman yang bahkan merancukan akidah.
6. Selamat Mengerjakan!
Tugas IQ, Perbedaan Makkiyah dan Makkiyah Beserta Contoh
Tugas Mata Kuliah Ilmu Al-Quran (IQ)
Perbedaan Makkiyah dan Makkiyah Beserta Contoh
Petanyaan dan Jawaban
1. Apa yang dimaksud dengan Makkiyah? Apa juga yang dimaksud dengan Madaniyah dalam ilmu Quran?
2. Bagaimana cara mengetahui ayat‐ayat Makkiyah? Apa ciri‐cirinya?
3. Apa saja kandungan ayat‐ayat Makkiyah? Jelaskan pendapat anda!
4. Bagaimana cara mengetahui ayat‐ayat Madaniyah? Apa ciri‐ciri Ayat Madaniyah?
5. Apa saja kandungan ayat‐ayat Madaniyah? Jelaskan pendapat anda!
6. Sebutkan contoh surah Makkiyah dan madaniyah, masing‐masing dua ayat beserta terjemahnya!
7. Coba anda jelaskan keterkaitan antaraMakkiyah dan Madaniyah dengan Asbabun Nuzul dalam ilmu Quran!
8. Apa manfaat mengetahui Makkiyah dan Madaniyah dalam ilmu quran?
9. Jelaskan dan uraikan pendapat anda tentang korelasi makkiyah dan Madaniyah dengan pembelajaran PAI di sekolah! Manfaat apa yang bisa anda dapatkan dari mempelajari Makkiyah dan madaniyah untuk pembelajaran PAI di sekolah?
10. Buatlah Resume modul Ilmu Quran Pertemuan Ke 4 tentang Makkiyah dan Madaniyah.
11. Selamat Mengerjakan!
Jawaban:
1.
Makkiyah adalah sebutan untuk ayat atau surah Al Qur'an yang diturunkan di kota Mekah.
Madaniyah adalah sebutan untuk ayat atau surah Al Qur'an yang diturunkan di kota Madinah.
2.
Ayat-ayat Makkiyah dapat diketahui dari khitab yang ditujukan kepada semua manusia (ياأيهاالناس), isi ayatnya tentang kisah nabi terdahulu, ayatnya pendek, dll.
3.
Kandungan ayat-ayat Makkiyah menjelaskan tentang ketauhidan dan kisah nabi-nabi terdahulu. Hal ini disebabkan kondisi kota Mekah saat itu masih berada dalam kondisi jahiliyah dan memerlukan pengenalan terhadap Tuhan.
4.
Ayat-ayat Madaniyah dapat diketahui dari khitab yang ditujukan kepada orang beriman (ياأيهاالذين أمنوا), isi ayatnya tentang ketentuan hukum, ayatnya panjang, dll.
5.
Kandungan
ayat-ayat Madaniyah menjelaskan tentang masalah hukum dan ketentuan-ketentuan syariat yang harus ditaati umat Islam. Hal
ini disebabkan kondisi penduduk Madinah saat itu sudah banyak masuk Islam.
6. Contoh surah Makkiyah: Al An'am dan Al A'raf. Conoh surah Madaniyah: Al Baqarah dan Ali Imran
7.
Kaitan Makkiyah dan Madaniyah dengan Asbabun Nuzul dalam Al Qur'an tidak dapat dipisahkan. Karena asbab sangat erat dengan tempat. Artinya, Asbabun Nuzul suatu ayat selalu berkaitan dengan tempat turunnya suatu ayat.
8.
Manfaat mempelajari ayat Makkiyah dan Madaniyah adalah sebagai alat bantu bagi mufassir (pentafsir) atau pengkaji Al Qur'an untuk menafsirkan ayat al-Quran. Pengetahuan tentang tempat turunnya ayat dapat membantu menemukan penafsiran yang benar sesuai metode yang ada. Misalnya “keumuman lafadz” (al-Ibroh bi umum al-lafdz la bi khusus as-sabab) atau metode “kekhususan sebab” (al-Ibroh bi khusus as-sabab la bi umum al-lafdz). Dengan itu pula, mufassir dapat membedakan mana ayat yang nasikh (menghapus) dan mansukh (dihapus) maupun ayat yang takhsis (pengkhususan).
Manfaat mempelajari ayat Makkiyah dan Madaniyah lainnya adalah untuk membedakan dan mengetahui ayat Mansukh dan nasikh. Karena apabila terdapat dua ayat atau lebih menganai suatu masalah, sedang hukum yang terkandung dalam ayat itu bertentangan. Jika telah mengetahui ayat makiyah atau ayat madaniyah pasti akan diketahui bahwa ayat madaniyah menasakh ayat yang makiyah.
9.
Korelasi dalam mengklasifikasikan ayat atau surah Makkiyah dan Madaniyah dengan Pendidikan Agama Islam harus seiring sejalan. Karena sumber hukum agama Islam adalah Al Qur'an. Sedangkan untuk memahami isi Al Qur'an harus dibekali ilmu pengetahuan yang luas, disertakan dengan dalil-dalil yang bersifat naqli yang terdapat dalam al-Qur’an maupun al Hadist. Kemudian ilmu yang luas itu sangat tepat apabila dikurikulumkan di lembaga atau institusi pendidikan agama Islam. Maka In syaa Allah upaya ini akan membentuk jiwa umat Islam yang terdidik dan semakin cinta dengan Al-Qur’an.
10.
Dengan mengetahui konsep atau ilmu Makkiyah dan Madaniyah dapat membantu memahami Al-Qur’an dari segi konteks latar belakang turunnya suatu ayat.
Manfaat lain memahami ilmu ini ialah bisa mempelajari gaya bahasa Al-Qur’an, keindahan serta kelenturan gaya bahasanya sebagai metode dakwah sesuai dengan situasi serta kondisi yang ada.
Selain itu mengetahui ilmu ini berarti bisa mengetahui sejarah perjalanan Nabi secara komprehensif melalui ayat-ayat AL-Qur’an yang turun saat Nabi di Makkah ataupun Madinah.
Nov 29, 2022
Tugas IQ, Maksud Munasabah dalam Al Qur'an
Tugas Mata Kuliah Ilmu Al-Quran (IQ)
Maksud Munasabah dalam Al Qur'an
Soal
Apa yang anda pahami tentang Munasabah? Jelaskanlah secara rinci lalu beri contohnya!
Jawaban:
Munasabah terjadi karena ada keterkaitan yang tampak jelas dan kuat antara bagian al-Qur’an yang satu dengan yang lain. Beberapa ayat yang menerangkan sesuatu topik terkadang menjadi penguat, penafsir, penyambung, penjelas, pengecuali, atau pembatas dengan ayat yang lain. Sehingga semua ayat menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan. Sebagai contoh, adalah hubungan antara ayat 1 dan 2 dari surat al-Isra’
Munasabah juga terjadi karena antara bagian-bagian al-Qur’an seakan tidak ada kesesuaian, sehingga tidak tampak adanya hubungan di antara keduanya, bahkan tampak masing-masing ayat berdiri sendiri. Dengan ini maka ayat tersebut dihubungkan dengan ayat lainnya karena yang satu bertentangan dengan yang lain. Misalnya hubungan antar ayat 189 dan ayat 190 surat Al-Baqarah.
KESIMPULAN
Susunan ayat, surat, maupun juz dalam al-Qur’an memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Maka, mempelajari munasabah akan sangat membantu dalam penafsiran maupun pemahaman makna ayat dan surat dalam al-Qur’an. Munasabah sangatlah berperan dalam menafsirkan al-Qur’an karena tanpa mempelajari dan mengetahui munasabah, seseorang akan sangat sulit menguak isi kandungan dalam setiap ayat. Ini karena tidak semua ayat bisa dipahami secara komprehensif, misalnya hanya dengan mengetahui asbab an-nuzulnya saja. Tapi sayang, banyak orang Islam yang tidak/belum mengetahui ilmu ini dan terkesan menomorduakan dengan asbab an-nuzul dalam al-Qur’an. Padahal, penguasaan atas munasabah akan sangat membantu dalam penyimpulan dan penafsiran ayat al-Qur’an. Maka mempelajari munasabah tidak hanya akan menambah wawasan saja, akan tetapi juga akan memberikan dampak positif lain, diantaranya untuk melatih kepekaan seseorang melihat suatu kaitan dalam berbagai hal dengan sistem korelasi.
Makalah Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia
Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia (BI)
Belajar membuat Makalah
Makalah Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki bahasa daerah. Untuk keperluan berkomunikasi antar suku bangsa diperlukan bahasa perantara (lingua franca)
Seminar Politik Bahasa Indonesia (1975), telah dirumuskan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional (persatuan) dan sebagai bahasa resmi (negara). Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
Lambang Kebanggaan Nasional,
Lambang Identitas Nasional,
Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia,
Alat Perhubungan Antardaerah dan Antarbudaya.
Bahasa Indonesia, sebagai bidang ilmu yang diajarkan sejak pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, berfungsi sebagai sarana komunikasi ilmiah, sarana penalaran, dan berpikir kritis para peserta didik. Oleh karena itu, dalam pertumbuhan dan perkembangannya, bahasa Indonesia saling bersinergi dengan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, yang secara otomatis akan memperoleh dampak pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan dan teknologi-informasi maju.
Pembelajaran Bahasa Indonesia masih menghadapi berbagai problematika baik secara internal maupun eksternal dalam pembelajaran. Untuk menjawab permasalahan tersebut akan diuraikan secara singkat akan diuraikan problematika dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu diharapkan dalam makalah ini dapat menemukan penyebab dan solusi atas kurangnya minat belajar siswa terhadap Bahasa Indonesia dan sehingga dapat membuat siswa/mahasiswa lebih tertarik dalam mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini juga diharapkan mampu mengembangkan dan mengarahkan siswa/mahasiswa dengan segala potensi yang dimilikinya secara optimal, khususnya dalam proses belajar bahasa Indonesia.
Dalam pembelajaran Bahasa, ada empat aspek ketrampilan yang harus dikuasai oleh siswa/mahasiswa dianatara adalah ketrampilan menyimak/mendengarkan, membaca, menulis dan berbicara. Semua aspek ketrampilan tersebut mempunyai ranah tersendiri. Namun keempat ketrampilan tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
Dalam pembelajaran Bahasa tidak lepas dari pendekatan, metode dan teknik. Ketiga istilah ini pada dasarnya mempunyai pengertian yang berbeda dalam kerangka hierarkis. Pendekatan sebagai kerangka umum yang akan dijabarkan sebagai metode, kemudian secara operasional akan diwujudkan kedalam teknik pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar akan dapat dilaksanakan secara optimal dan efektif ditentukan oleh beberapa komponen meliputi komponen tujuan, siswa dan guru, bahan atau materi pelajaran, metode, media pembelajaran dan evaluasi. Kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan guru dalam wujud konkrit didalam kelas terlebih dahulu dirancang melalui perencanaan pembelajaran. Guru menentukan teknik dan metode, serta langkah-langkah pembelajaran melalui pemberian aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan oleh guru dan murid dalam kelas.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis kemukakan, penulis mengidentifikasi permasalah yang timbul anatara lain;
Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak komunikatif
Pembelajaran Bahasa disajikan secara diskrit
Rendahnya persepsi siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia
Pemanfaatan sumber belajar (buku teks)
Alat evaluasi yang tidak relevan
Rumusan Masalah
Berdasarkan identitas masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut;
Bagaimana agar problem-problem diatas dapat terealisasika?
Bagaimana kiat-kiat yang dilakukan guru supaya siswa antusias terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia?
Tujuan Penulisan
Tujuan penulis yang ingin dicapai anatara lain;
Mendeskripsikan secara jelas problematika penggunaan Bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan
Memberika solusi bagaimana agar problematika penggunaan Bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan
Manfaat
Penulis mengharapkan penulisan yang dilakukan memberikan manfaat positif sesuai dengan tujuan penulisan. Adapun manfaat dalam penulisan ini antara lain;
Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat melengkapi khasanah bacaan perpustakaan.
Manfaat Praktis
Bagi siswa, menambah dan memperluas wawasan siswa tentang pentingnya penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan benar
Bagi Guru, diharapkan guru dapat memahami problem-probelem yang dihadapi beserta cara menanganinya tentang probematika penggunaan Bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan
Bagi Kepala Sekolah, diharapkan memperoleh informasi terkait probematika penggunaan Bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan
BAB II
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia
Problematika pembelajaran Bahasa Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain;
Pembelajaran Bahasa Tidak Komunikatif
Sesuai dengan hakikat Bahasa dan pembelajaran Bahasa, penekanan utama adalah menciptakan pembelajaran yang komunikatif. Maksdunya aktivitas siswa difokuskan pada bagaimana siswa mengunakan Bahasa dalam berkomunikasi. Banyak faktor yang menyebabkan pembelajaran Bahasa tidak berlangsung komunikatif, yaitu (1) rendahnya kompetensi komunikatif guru Bahasa Indonesia; (2) model kelas yang besar menyebabkan aktivitas siswa tidak merata; (3) interaksi kelas kurang optimal. Selain faktor diatas kecenderungan pembelajaran Bahasa disekolah masih didominasi dengan pemberian pengetahuan dari pada kemahiran Bahasa.
Hal diatas sejalan dengan hasil survei Suparno ( 1997:3) yang menyatakan bahwa (a) guru masih cenderung memberikan penjelasan tentang Bahasa, bukan pelatihan ketrampilan berbahasa secara integrative dan komunikatif; (b) sebagian besar guru belum memiliki penguasaan yang memadai tentang taksonomi kemahiran berbahasa Indonesia; (c) kelas yang besar berakibat guru mengikuti dinamika kelas bukan guru menciptakan dinamika kelas; (d) guru kurang menggunakan sumber lain selain buku teks; (e) masih banyak guru yang kebakuan bahasanya kurang ideal.
Pembelajaran Bahasa yang Disajikan secara Diskrit
Pembelajaran Bahasa Indonesia masih cnederung dilakukan dengan model diskrit. Ketrampilan berbahasa yang idealnya disajikan secara terintegrasi belum dapat diemplementasikan secara optimal dikelas. Aspek-aspek kemahiran berbahasa masih disajikan secara terpisah. Misalnya, guru mengajarkan ketrampilan menyimak, seakan-akan guru hanya terfokus pada ketrampilan menyimak tersebut. Sebenarnya jika guru memahami hakikat pembelajaran integrative (tematis) maka pembelajaran Bahasa dapoat berlangsung secara alamiah sesuai dengan hakikat fungsi Bahasa sebagai alat komunikasi. Pola implementasi integrative ini kan mendorong kemahiran berbahasa siswa secara baik.
Untuk memperlancar kegiatan pengajaran Bahasa secara integrative diperlukan metode atau suatu rumusan sistem, karena metode pengajaran yang bervariasi nerupakan salah satu faktor yeng berperan dalam pengajaran.
Dalam menerapkan metode pengajaran Bahasa ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan terlebih dahulu oleh para pengajar yang antara lain adalah sebagai berikut; (1) pengajaran harus disesuaikan dengan kultur sosial dari objek siswa; (2) menggunakan metode yang dianggap mudah oleh siswa; (3) melalui pendekatan yang sifatnya komunikatif dalam kegiatan belajar mengajar.
Rendahnya Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia harus memperhatikan karakteristik siswa. Hal ini digunakan untuk melihat kecenderungan dan keinginana siswa dalam pembelajaran Bahasa tersebut. Menurut Van Els (1984:27) mengkasifikasikan karakteristik siswa atas empat bagian yakni (1) umur siswa; (2) bakat; (3) pengetahuan siswa; (4) sikap yang meliputi minat, motivasi, dan kepribadian. Komponen di atas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran Bahasa harus memperhatikan tingkat perkembangan usia siswa. Hal ini berkaitan dengan pemilihan materi atau contoh-contoh yang diberikan guru. Materi Bahasa Indonesia yang secara berjenjang diberikan ditingkat satuan pendidikan menghendaki kemampuan guru menganalisis kebutuhan materi dengan baik. Guru juga harus memahami bakat Bahasa dang pengetahuan siswa. Karakteristik yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah sikap meliputi minat, motivasi, dan kepribadian.
Berdasarkan pengalaman disekolah, persepsi siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia berada taraf yang rendah. Kondisi ini berdampak pada rendahnya motivasi siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini berimplikasi pada rendahnya hasil belajar siswa.
Pemanfaatan Pokok Sumber Belajar (Buku Teks) dalam Pembelajran
Karena KTSP dikembangkan dan disusun oleh satuan pendidikan atau sekolah sesuai dengan kondisinya masing-masing, setiap sekolah mempunyai kurikulum yag berbeda. Dengan demikian, bahan ajar yang digunakan juga mempunyai perbedaan. Tidak ada ketentuan tentang buku pelajaran yang dipakai dalam KTSP. Buku yang sudah ada dapat dipakai. Karena pembelajaran didasarkan pada kurikulum yang dikembangkan sekolah , bahan ajar harus disesuaikan dengan kurikulum tersebut. Oleh karena itu, guru dapat mengurangi dan menambah isi buku pelajaran yang digunakan.
Dengan demikian, guru menyeleksi bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kuruikulum sekolahnya. Gruru dapat memanfaatkan bahan ajar dari berbagai sumber (surat kabar, majalah, radio, televise, internet dsb). Bahan ajar dikaitkan denga nisus-isu local, regional, dan global agar peserta didik nantinya mempunyai wawasan yang luas dalam memahami dan menanggapi berbagai macam situasi kehidupan.
Untuk pelajaran membaca misalnya, bahan bacaan dapat diambil dari surat kabar. Selain surat kabar yang berskala nasional yang banyak menyajikan isu-isu nasional. Ada surat kabar local yang menyajikan isu-isu daerah. Kedua jenis sumber ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mengembangkan pembelajaran Bahasa Indonesia yang kontekstual. Peserta didik diperkenalkan dengan isu-isu yang menjadi perhatian masyarakat disekitar dan tataran yang lebih luas.
Bahan ajar yang beragam jenis dan sumbernya ini tentu juga dapat digunakan untuk pelajaran-pelajaran lain (menulis, mendengarkan, dan berbicara). Mengingat pentingnya televise dan Komputer (internet) dalam kehidupan sekarang ini, guru perlu memanfaatkan bahan ajar dari kedua jenis ini sebagai media pembelajaran yang menarik.
Namun kenyataanya, buku ajar yang digunaan oleh guru merupakan buku ajar yang disusun oleh tim penulis buku yang disetujui oleh Departemen Pendidikan Nasional. Hal ini tentu tidak sejalan dengan prinsip penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang digunakan.
Alat Evaluasi yang tidak Relevan
Dalam penulisan soal tertulis, penulis soal harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal dilihat dari segi materi, konstruksi, maupun Bahasa. Selain itu soal hendaknya menuntut penalaran tinggi.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara; mengidentifikasi meteri yang dapat mengukur perilaku pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, atau evaluasi; Perilaku ingatan juga diperlukan namun kedudukannya adalah sebagai langkah awal sebelum siswa dapat mengukur perilaku yang disebutkan diatas. Membiasakan menulis soal yang mengukur kemampuan berfikir kritis dan mengukur keterampilan pemecahan masalah; dan menyajikan dasar pertanyaan (stimulus) pada setiap pertanyaan, seperti dalam bentuk literasi/bahan bacaan seperti kasus.
Bila di analisis soal-soal yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa ada kecenderungan belum mengukur kemahiran berbahasa khususnya menyimak, berbicara, dan menulis. Kemahiran ini hanya diukur melalui paradigma teoritis.
Kecenderungan ini sangat berpengaruh terhadap guru dalam merencanakan dan mengimplementasikan pembelajaran di kelas. Padakenyataannya, guru hanya mengajarkan siswa untuk menjawab soal teoritis dan mengabaikan kemahiran berbahasa siswa.
Solusi dalam mengatasi problematika Bahasa
Dalam suatu pembelajaran guru harus bersikap komunikatif dengan siswanya. Seorang guru tidak boleh beranggapan bahwa dirinya lah yang paling paham akan metri yang disajikan kepada siswa. Kemudian dalam penyampiann materipun, guru harus menggunakan Bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Hal ini diharapkan sepaya terjadi komunikasi dua arah. Langkah baiknya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guru tidak boleh membeda-bedakan antara metri Bahasa dengan sastra. Semua materi yang disampaikan harus sesuai dengan proporsinya. seorang guru pun harus dapat memotifasi siswa untuk dapat meningkatkan kemauannya dalam mempelajari bahasa Indonesia. Persepsi siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia supaya dapat berubah ke arah yang positif. Pemanfaatan teknologi informasi, yaitu; lembaga-lembaga pendidikan baik jalur pendidikan formal, informal maupun jalur non formal dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam mengakses informasi dalam mengembangkan potensi diri dan lingkungannya (misal; penggunaan internet, multi media pembelajaran, sistem informasi terpadu, dsb). Dalam penggunaan buku teks sebagai sumber belajar satu-satunya harus dihindari oleh guru. Selain menggunakan buku teks tersebut, hendaknya guru juga menggunakan buku-buku yang lain sebagai pendukungnya. Hal yang paling krusial adalah guru harus dapat menyususn sebuah e!aluasi. Alat e!aluasi ini dapat dilakukan melalui penyusunan rubrik atau kisi-kisi penilaian yang akan digunakan.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru harus memperhatikan komponen-komponen yang diperlukan dalam pembelajaran. Lebih-lebih guru harus dapat memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan problematik pembelajaran, antara lain problematik mengenai pembelajaran Bahasa yang tidak komunikatif, pembelajaran bahasa yang disajikan secara diskrit, rendahnya persepsi siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia, pemanfaatan pokok sumber belajar (Buku Teks) dalam pembelajaran, alat evaluasi yang tidak relefan
Saran
Dari pemaparan penulis diatas, hendaknya;
Guru Bahasa Indonesia hendaknya memperkaya kosa kata dalam Bahasa Indonesia
Guru Bahasa Indonesia hendaknya membiasakan dirinya lebih banayak menggunakan Bahasa Indonesia dari pada mengguanakan Bahasa campuran didalam proses pembelajaran.
Guru Bahasa Indonesia hendaknya profesioanal dalam kompetensi bahasanya
Guru Bahasa Indonesia harus menjadi contoh bagi peserta didiknya
Mewajibkan berbahasa Indonesia yang baik bagi warga sekolah.
Guru dan masyarakat disekolah dibiasakan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik meskipun tidak didalam kelas.
Daftar Pustaka
Atmazaki 2006, Kiat-kiat Mengarang dan Menyunting. Padang; Citra Budaya Indonesia
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina 1995. Sosiolinguistik. Perkenalan Awal. Jakarta; Rineka Cipta
Agid, Zainal. 2002. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya; Insan Cendikia
Mulyaya. 2005. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung; Remaja Rosdakarya
Halim, A. 1976. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia Politik Bahasa Nasional 2. Jakarta; Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Degeng, I.N.S 1997. Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi. Malang; IKIP dan IPTDI
Machfudz, Imam. 2000. Metode Pengajaran Bahasa Indonesia Komunikatif. Jurnal Bahasa dan Sastra UM
Saksomo, Dwi. 1983. Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia, Malang; IKIP Malang
Subyakto, Sri Utari. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta; Dirjen Dikti Depdikbud
Suparno, 2000 “Mutu Pengjaran Bahasa Indonesia di Sekolah” dalam Bahasa Indonesia dalam era globalisasi. Alwi, Hasan, Dendy Sugono, Abdul Rozak Zaidan Ed. Jakarta; Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
https://www.academia.edu/12553034/PROBLEMATIKA_DALAM_PEMBELAJARAN_BAHASA_INDONESIA diakses pada tanggal 15 November 2022
https://media.neliti.com/media/publications/298780-problematika-pembelajaran-bahasa-indones-0125b2ab.pdf diakses pada tanggal 15 November 2022
https://eprints.umk.ac.id/2633/2/BAB_I.pdf diakses pada tanggal 15 November 2022
Nov 28, 2022
Tugas IH, Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar
Tugas Kuliah Ilmu Hadits (IH)
UTS MATA KULIAH ULUMUL HADIS.
Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar
Soal:
1. Coba deskripsikan pengertian dari Hadis, Sunnah, Khobar dan Atsar secara Bahasa dan istilah
2. Apa yang anda ketahui tentang perbedaan Hadis, Sunnah, Khibar dan Atsar ? coba deskripsikan Perbedaan perbedaan tersebut dan berikan contohnya masing masing….
3. Coba anda Deskripsikan yang dimaksud Hadis Soheh, Hadis Hasan dan Hadis Do’if dan berikan contohnya masing masing
4. Apa yang anda fahami tentang Hadis Riwayah dan Hadis Diroyah dan siapa ulama yang pertama kali menulisnya dan berikan contohnya masing – masing
5. Coba deskripsikan Perkembangan Hadis pada masa Rosululloh SAW, Masa Sohabat dan masa Tabi’in
Jawaban:
1.
Hadits secara etimologi Hadits memiliki arti Jadid yang berarti baru dan Qarib yang berarti dekat atau belum lama lagi terjadi. Hadits secara terminologi mencakup semua hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, taqrir (diam tanda setuju), atau sifat-sifat beliau.
Sunnah secara etimologi berarti ath-Thariq atau Sirah al-muttaba’ah (jalan yang diikuti). Sunnah secara terminologi adalah segala yang bersumber dari Rasulullah, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat, budi pekerti, maupun perjalanan hidup beliau, dari sebelum diangkat menjadi Rasul maupun sesudahnya.
Khabar secara etimologi berarti warta atau berita atau kabar, jamaknya adalah al-Akhbaar, yaitu sesuatu diucapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada seseorang. Khabar secara terminologi adalah sesuatu segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi Muhammad SAW atau selainnya.
Atsar secara etimologi berarti bekas atau sisa, atau sesuatu yang dinukilkan kepada seseorang. Misalnya do’a yang dinukil dari Nabi disebut Do’a al-Ma’tsur. Atsar secara terminologi mempunyai pengertian yang sama dengan khabar dan hadits.
Sisi perbedan antara Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar sebagai berikut:
Sunnah lebih luas daripada Hadits karena cakupannya meliputi hal-ihwal Nabi Muhammad saw sejak sebelum diangkat menjadi Rasul maupun sesudahnya.
2.
Khabar yang dinisbatkan kepada Nabi disebut Hadits Marfu’. Sedangkan yang dinisbatkan kepada Sahabat disebut Hadits Mauquf’, dan yang dinisbatkan kepada Tabi’in disebut Hadits Maqthu'.
Atsar secara terminologi mempunyai pengertian yang sama dengan khabar dan hadits.
3.
Hadits Shahih:
ما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علة
Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya syadz dan ‘illah. Contohnya:
حَدَّثَنَا عَبْدُاللهِ بْنُ يُوْسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمِ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص.م قَرَأَ فِي الْمَغْرِبِ بِالطُّوْرِ “(رواه البخاري)
” Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin yusuf ia berkata: telah mengkhabarkan kepada kami malik dari ibnu syihab dari Muhammad bin jubair bin math’ami dari ayahnya ia berkata: aku pernah mendengar rasulullah saw membaca dalam shalat maghrib surat at-thur” (HR. Bukhari, Kitab Adzan).
Tinjauan terhadap hadits ini adalah:
a. Sanadnya bersambung karena semua rawi dari hadits tersebut mendengar dari gurunya.
b. Semua rawi pada hadits tersebut dhobit, adapun sifat-sifat para rawi hadits tersebut menurut para ulama aj-Jarhu wa at-ta’dil sebagai berikut:
- Abdullah bin Yusuf : Tsiqat muttaqin
- Malik bin Annas : Imam hafidz
- Ibnu Syihab Aj-Juhri : Ahli fiqih dan Hafidz
- Muhammad bin Jubair :Tsiqat
- Jubair bin Muth’imi : Shahabat
c. Tidak syadz karena tidak ada pertentangan dengan hadits yang lebih kuat serta tidak cacat.
Hadits Hasan:
هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علة
Hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi adil, namun kualitas hafalannya tidak seperti hadits shahih, tidak terdapat syadz dan ‘illah. Contohnya:
حدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ الضُّبَعِي عَنْ أَبِيْ عِمْرَانِ الْجَوْنِي عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مُوْسَي الْأَشْعَرِيْ قَالَ : سَمِعْتُ أَبِي بِحَضْرَةِ العَدُوِّ يَقُوْلُ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص م : إِنَّ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ تَحْتَ ظِلاَلِ السُّيُوْفِ ….. الحديث “
“Telah menceritakan kepada kamu qutaibah, telah menceritakan kepada kamu ja’far bin sulaiman, dari abu imron al-jauni dari abu bakar bin abi musa al-Asy’ari ia berkata: aku mendengar ayahku berkata ketika musuh datang: "Rasulullah Saw bersabda, sesungguhnya pintu-pintu surga dibawah bayangan pedang…”( HR. At-Tirmidzi, Bab Abwabu Fadhailil jihadi).
Derajat hadits tersebut adalah hasan, karena semua perawi dalam hadits tersebut tsiqoh, kecuali Ja’far bin Sulaiman adh-Dhuba’i.
Hadits Dha'if:
وكل ما عن رتبة الحسن قصر # فهو الضعيف وهو اقسام كثر
Setiap hadits yang kualitasnya lebih rendah dari hadits hasan adalah dhaif dan hadits dhaif memiliki banyak ragam.
Contohnya:
مَاأَخْرَجَهُ التِّرْمِيْذِيْ مِنْ طَرِيْقِ “حَكِيْمِ الأَثْرَمِ”عَنْ أَبِي تَمِيْمَةِ الهُجَيْمِي عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ ص م قَالَ : ” مَنْ أَتَي حَائِضاً أَوْ اِمْرَأةً فِي دُبُرِهَا أَوْ كَاهُنَا فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أَنْزَلَ عَلَى مُحَمِّدٍ “
""Apa yang diriwayatkan oleh tirmidzi dari jalur hakim al-Atsrami “dari abi tamimah al-Hujaimi dari abi hurairah dari nabi saw ia berkata: "Barang siapa yang menggauli wanita haid atau pada duburnya atau semacam ini maka sungguh ia telah mengingkari apa yang telah diturunkan kepada nabi Muhammad saw”.
Imam Tirmidzi berkata bahwa setelah mengeluarkan (takhrij) hadits ini: “ Kami tidak mengetahui hadits ini kecuali hadits dari jalur hakim al-Atsrami. Kemudian hadits ini didhoifkan oleh Muhammad dari segi sanad karena didalam sanadnya terdapat hakim al-Atsrami yang didhaifkan pula oleh para ulama hadits”.
4.
Hadits Riwayah, mempelajari tentang jalur periwayatan hadits, matan, pembukuan dari hulu ke hilir, dipelopori oleh Abu Bakar Muhammad Ibnu Syihab al-Zuhri.
Hadits Dirayah, mempelajari tentang jalur periw,ayat dari hulu ke hilir,, ketsiqahan, dan kesahihan hadits.
Orang yang pertama kali memperkenalkan dikotomi ilmu riwayah dan ilmu dirayah dalam ilmu hadis adalah al-Ramahurmuzi (265-360 H). Contohnya:
عن المغيرة قال: سمعت رسول الله صلّى الله عليه وسلّم يقول:
إِنَّ كَذِباً عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّداً
فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ (رواه مسلم وغيره)
Artinya: Dari Al-Mughirah ra., ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya dusta atas namaku itu tidak seperti dusta atas nama orang lain, dan barang siapa dusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya ia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Muslim dan lainnya).
5.
Pada masa Rasulullah, hadits berkembang di antara para Sahabat. Mereka yang mendengar hadits langsung dari Rasulullah segera menyampaikan kepada Sahabat yang tidak/belum mendengarnya.
Kemudian pada masa setelah wafatnya Rasulullah, Sahabat Umar Bin Khattab mulai ada kekhawatiran hadits-hadits itu akan hilang. Akhirnya para sahabat mengadakan pencatatan hadits-hadits beserta periwatnya. Mereka mempergunakan kaidah-kaidah dan metode-metode tertentu tetapi belum menuliskan kaidah-kaidah tersebut.
Kaidah dan metode pengumpulan hadits dari segi matan dan perawinya secara resmi dibukukan pada abad ke-2 H. atas prakarsa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Khalifah Bani Umayah, dimotori oleh Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri. Akan tetapi kaidah dan metode pada masa ini masih bersifat rumusan dan belum tertulis melainkan hanya disepakati dan diingat bersama para ulama hadits.
Kaidah dan metode pengumpulan hadits dari aspek tertentu mulai dibukukan pada abad ke-3 Hijriyah. Yahya bin Ma’in (wafat 234 H./848 H) menulis tentang Tarikh ar-Rijal (Sejarah dan Riwayat Perawi Hadits), Muhammad bin Sa’ad (wafat 230 H./848 M) menulis tentang at_Thabaqaat (Tingkatan Perawi Hadits), Ahmad bin Hanbal (wafat 241 H./855M) menulis tentang al-“Ilal (Ketentuan Cacat Hadits), dll.
Pada abad ke-4 dan ke-5 Hijriyah mulai ditulis kitab-kitab Ilmu Hadits secara komprehensif, seperti kitab al-Muhaddits al-Fashil baina ar-Rawi wal-Wa’I ditulis oleh al-Qadhi Abu al-Hasan bin Abdur Rahman bin Khallad ar-Rumuharmuzi (wafat 360 H./971 M), Ma’rifat “ulum al-Hadits ditulis oleh Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah al-Hakim an-Naisaburi (wafat 405 H/1.014 M), dll.
Pada abad berikutnya semakin bermunculan kitab ilmu hadits yang ditulis oleh para ulama hadits, diantaranya adalah kitab ‘Ulum al-Hadits ditulis oleh Abu ‘Amr “Utsman bin Abdur Rahman yang dikenal dengan Ibnu as-Shalah (wafat 643 H./1/245 M), Tadrib ar-Rawi fi Syarhi Taqrib an-Nawawi ditulis oleh Jalaluddin Abdur Rahman bin Abu Bakar as-Suyuthi (wafat 911 H./1.505 M), dan seterusnya hingga sekarang.
Tugas IQ, Asbabun Nuzul dan Penjelasanya
Mata Kuliah Ulumul Quran
Asbabun Nuzul dan Penjelasanya
Soal
1.
Jelaskan pengertian asbab an-nuzul
2.
Bagaimana cara mengetahui asbab dalam Al Quran
3.
Ada berapa macam asbab an-nuzul. Jelaskan dengan contoh
4.
Apa manfaat mempelajari ilmu asbab an-nuzul. Uraikan.
5.
Buatlah ringkasan materi ini.
Jawaban:
1.
Pengertian asbab an-nuzul secara etimologi adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu.
Pengertian asbab an-nuzul secara terminologi adalah peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat Al Quran atau respon terhadap adanya suatu peristiwa.
2.
Asbab turunnya ayat Al Quran dapat diketahui dengan mempelajari sejarah, khususnya yang terkait ayat tersebut atau mempelajari ilmu Al Quran. Karena ilmu ini menjelaskan tentang ayat-ayat Al Quran dari berbagai aspek, termasuk sejarah turunnya ayat.
3.
a. Taaddud al asbab wan nazil wahid
Contoh. Surah Al Ikhlas ayat 1-4 turun dengan sebab orang musyrik di Mekah dan sebab ahli kitab di Madinah.
b. Taaddud an nazil wal asbab wahid
Contoh. Surah Ad Dukhan ayat 10, 25, dan 16. Atat-ayat tersebut turun dengan sebab kaum Quraisy durhaka terhadap Nabi Muhammad saw.
4.
Manfaat mempelajari ilmu asbab an-nuzul adalah mempermudah memahami makna dan maksud konteks ayat Al Quran. Dengan demikian maka mudah pula menafsirkan ayat Al Quran. Oleh karena itu para pentafsir Al Quran harus menguasai ilmu asbab an nuzul agar tidak salah tafsir.
Ringkasan
Dari jawaban-jawaban di atas dapat dusimpulkan bahwa ilmu asbab an nuzul adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab-sebab turunnya Al Quran, bagian dari ilmu Al Quran (Ulum al Quran). Rinciannya sangat luas, sebanding dengan kegunaannya yang sangat dipentingkan para pentafsir Al Quran.
Tujuan Pendidikan Islam Terkait Kurikulum
Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam (IPI)
Tujuan Pendidikan Islam Terkait Kurikulum
Soal:
Buatlah catatan tentang tujuan pendidikan islam khususnya dalam pembelajaran PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) di dalam kelas. Kaitkan tujuan ini dalam konsep tujuan pembelajaran ini dengan konsep KOMPETENSI dalam kerangka Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Catatan:
Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di dalam kelas beserta kaitannya dengan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK)
Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada penjelasan ayat (20) pasal 39 dinyatakan bahwa: “ Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat persatuan nasional”.
Selain itu dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2003 dijelaskan bahwa: "Pendidikan agama bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara.
Tujuan pendidikan agama Islam ini merupakan penjabaran dari bunyi Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 yaitu: “ Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam Untuk Setiap Kelas adalah sebagai berikut:
1. Siswa memahami, meyakini dan mengimani Allah, malaikat-malaikat-Nya, dengan mengetahui fungsi, dalil naqli dan aqlinya dan menjauhi hal-hal yang merusak iman.
2. Siswa memahami, menghayati dan mampu menjadi imam dalam shalat berjama’ah, melaksanakan shalat fardhu, dan khutbah jum’at.
3. Siswa mampu membaca, menyalin, mengartikan dan menyimpulkan Al-qur’an, makanan yang halal dan bergizi, pelestarian alam dan kerusakan akibat tangan manusia.
4. Siswa memiliki rasa tanggung jawab, keadilan dan keikhlasan.
5. Siswa memahami dan mempedomani Dinul Islam, wakaf, riba dan perbankan.
6. Siswa memahami dan mengambil manfaat dari sejarah perkembangan dan peranan umat Islam di Indonesia.
Kaitan tujuan ini dalam konsep pembelajaran KOMPETENSI dalam kerangka Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mempunyai pendekatan yaitu pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, perasaan dan emosi, pendekatan rasional, pendekatan fungsional.
Dalam konsep pembelajaran kompetensi yang dikembangkan, terdapat pola kegiatan belajar mengajar yang mengacu kepada tujuan perundang-undangan sebagaimana disebutkan di atas dan berpijak kepada silabus dan rencana pembelajaran yang diolah oleh setiap guru Pendidikan Agama Islam, diatur oleh lembaga berwenang yaitu Kementerian Agama Republik Indonesia.
Dengan ini diharapkan Pendidikan Agama Islam dengan konsep utama, yakni meyakini, memahami, dan menghayati agama melalui bimbingan belajar mengajar, ditambah konsep pembelajaran kompetensi betul-betul menerap ke setiap siswa dan cukup membekali mereka dalam mengarungi kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara secara berimbang.
Sekian. Terimakasih.
Fenomea Permasalahan Bangsa
Tugas Kuliah Pendidikan Pancasila (PP)
Fenomea Permasalahan Bangsa
Soal
Bagaimana argumen kalian tentang fenomena permasalahan bangsa yang pernah terjadi, seperti kesenjangan sosial dan degradasi moral.
Jawaban:
Menanggapi pertanyaan diatas, kami melihat bahwa fenomena permasalahan bangsa yang terjadi selama ini dipicu oleh berbagai macam faktor. Pemicunya bisa berupa faktor internal maupun eksternal. Dampaknya pun bisa berakibat kepada personal hingga massal.
Diantara pemicu internal atas permasalahan bangsa, baik berupa kesenjangan sosial ataupun moral, tidak terlepas dari minimnya ilmu atau informasi positif tentang tatanan hingga peraturan berbangsa dan bernegara. Apabila individu bangsa berada pada kondisi ini tentu ia akan mengalami ketimpangan dalam menjalani kehidupan bersosial di tengah masyarakat.
Adapun penyebab minimnya ilmu atau informasi positif tentang hal tersebut bisa jadi karena sulitnya akses untuk mendapatkan ilmu dan informasi atau kurangnya tenaga ahli yang betul-betul berdidikasi untuk memberikan penalarann kepada setiap individu bangsa tentang pentingnya ilmu dan informasi positif.
Dengan demikian, mereka akan berbuat sekehendak mereka tanpa ada pertimbangan apapun. Bahkan sangat dimungkinkan bahwa perbuatan mereka adalah benar menurut anggapan mereka, padahal cacat menurut norma sosial dan salah menurut hukum negara. Inilah ketimpangan yang perlu diwaspadai.
Sedangkan diantara pemicu eksrernal atas permasalahan bangsa berupa kesenjangan sosial dan moral adalah karena masuknya budaya informasi dan budaya negatif dari luar, entah didapat dari media maupun dari imigran atau turis asing. Apabila individu bangsa terpengaruh dengan informasi dan budaya negatif dari luar, tentu akan berdampak negatif dalam kehidupan bersosial dan masyarakat.
Pada gilirannya, mereka akan berbuat sebagaimana perbuatan orang asing, padahal perbuatan itu berseberangan dengan budaya lokal, cacat menurut norma sosial dan atau salah menurut hukum negara. Inilah ketimpangan yang perlu diwaspadai juga.
Selanjutnya, kami berasumsi sekaligus berharap mudah-mudahan semua pihak pemangku jabatan, baik di bidang pendidikan maupun sosial untuk bergandengan tangan menjangkau setiap individu bangsa agar berpendidikan yang baik sehingga bisa memilah ragam informasi dan budaya secara tepat dan proporsional.
Sekian.
Ragam dan Variasi Penggunaan Bahasa Indonesia
Ragam dan Variasi Penggunaan Bahasa Indonesia
Ragam bahasa berdasarkan kegunaanya meliputi beberapa hal, seperti situasi, permasalahan yang akan disampaikan, latar belakang audiens, dan sarana yang digunakan.
Ragam bahasa berdasarkan cara penyampaiannya ada 3, yaitu: formal, semi formal, dan nonformal.
Bahasa formal memiliki kemantapan dinamis, menggunakan fungsi-fungsi gramatikal, mengunakan bentukan kata yag lengkap, mengunakan imbuhan kata secara tepat, dan menggunakan ejaan baku. Bahasa formal digunakan dalam kegiatan/acara formal di lembaga formal di institusi pendidikan atau instansi pemerintahan.
Bahasa semi formal sedikit mengenyampingkan fungsi-fungsi bahasa formal, atau sedikit memasukkan fungsi-fungsi tersebut ke dalam pembicaraan. Bahasa semi formal sering digunakan dalam kegiatan/acara semi formal di lembaga formal di institusi pendidikan atau instansi pemerintahan. Hal ini ditentukan oleh penutur, situasi berlangsungnya pembicaraan atau lawan bicara sebagai audiens.
Bahasa non formal adalah bahasa yang terlepas dari fungsi-fungsi bahasa formal dan semi formal. Bahasa non formal biasa digunakan diluar acara formal dan semi formal. Ragam bahasa ini daat diistilahkan denga bahasa Indonesia sehari-hari, baik yang terjadi antar teman, antar rekan kerja, ataupun orang lain di luar waktu dan tempat-tempat formal/dinas.
Ragam bahasa berdasarkan media atau sarana ada dua, yaitu: bahasa lisan dan tulisan.
Ragam bahasa lisan merupakan bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa dalam berkomunikasi. Ragam bahasa lisan ditentukan oleh intonasi dan situasi. Ragam lisan standar, misalnya orang berpidato atau memberi sambutan dalam suatu acara, situasi perkuliahan, ceramah, dan sebagainya. Ragam lisan non-standard, misalnya dalam percakapan antar teman atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
Ragam bahasa tulis merupakan bahasa tulisan, menggunakan huruf sebagai unsur penyampainya. Hal ini berkaitan dengan ejaan, tanda baca, struktur kalimat, dan kosa kata. Kelengkapan tata bahasa seperti bentuk kata atau pun struktur kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan dalam mengungkapkan ide.
Ragam bahasa berdasarkan penuturnya dipengaruhi faktor daerah, disebut ragam daerah. Di samping itu, faktor pendidikan akan mempengaruhi ragam bahasa pemakai penutur. Pemakaian bahasa Indonesia menimbulkan perbedaan bahasa, terutama bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di luar daerahnya. Kelompok penutur bahasa yang berpendidikan berbeda dengan kelompok yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, vitamin, video, film, dan fakultas. Pemakai bahasa yang tidak berpendidikan terkadang mengucapkan pitnah, pitamin, pideo, pilem, dan pakultas.
Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur dipengaruhi oleh sikap terhadap lawan bicaranya atau sikap bahasa tulisan dari penulis terhadap audiensnya. Ragam pemakaian bahasa ini ada 3 sikap, yaitu resmi, akrab, dan santai. Kedudukan lawan bicara atau pembaca juga mempengaruhi sikapnya. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan ragam bahasa yang digunakan, seperti: pembicaraan di depan umum;
pembicaraan dengan orang yang dihormati, pembicaraan resmi,
pembicaraan pribadi, dan pemicaraan biasa atau obrolan.
Ragam bahasa juga ada baku dan tak baku. Bahasa baku dipakai dalam kegiatan resmi (informal), seperti percakapan dalam seminar ilmiyah. Bahasa formal (resmi) berguna sebagai alat komunikasi antar tutor dan anggota, dan sebaliknya. Keduanya menggunakan bahasa baku.
Pembicaraan bahasa tak baku dipakai dalam kegiatan tidak resmi (nonformal), seperti percakapan sehari-hari. Bahasa non formal (tak resmi) berguna sebagai alat komunikasi antar sahabat, antar rekan kerja, dan keduanya digolongkan dalam ragam bahasa tidak baku.
Ragam bahasa menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Hal ini dipengaruhi dari lingkungan, agama, dan profesi masing-masing penutur.
Perbedaan itu tampak jelas dalam pemilihan atau penggunaan kata-kata, istilah, dan ungkapan khusus yang digunakan pada bidang tertentu. Seperti istilah dalam bidang kedokteran, hanya dapat dimengerti oleh kalangan dokter dan orang-orang tertentu. Pemilihan kata tersebut disesuaikan dengan kebutuhan bidang pemakaiannya.