Dec 2, 2022
Tugas PP, Orde Lama, Orde Baru, Reformasi, dan Sekarang
Tugas PP, Nilai Juang Para Pahlawan Kemerdekaan NRI
Nov 30, 2022
Tugas IQ, Pengertian Amtsal Dalam Al Quran
Soal dan Jawaban UTS Ilmu Al Quran
UTS ILMU ALQUR'AN
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kejuruan
1. Apakah yang anda pahami dengan ilmu Quran dan bagaimana signifikansinya dengan kehidupan pada saat ini? Jelaskan Pendapat anda!
2. Bagaimana cara mengimplementasikan ilmu quran dalam pembelajaran PAI di sekolah? Jelaskan pendapat anda dengan dilengkapi contoh kegiatan di sekolah, minimal 3!
3. Apa yang anda pahami dari istilah‐istilah di bawah ini? Jelaskan pendapat anda disertai dengan contohnya dalam ayat al quran minimal 3.
a. Asbabun Nuzul
b. Munasabah
c. Makkiyah dan Madaniyah
d. Muhkam dan Mutasyabih
e. Qashas
4. Tuliskan dan jelaskan ayat‐ayat quran dan hadits yang terkait dengan Pendidikan (ayat dan hadits tarbawy), masing‐masing 4.
5. Terkait dengan kurikulum pendidikan, hal apakah yang seharusnya dikuasai/dimiliki oleh seorang guru ketika mengajar di kelas? Jelaskan pendapat anda secara detil dan sistematis!
Selamat Mengerjakan!
Arsip Jawaban:
1.
Ilmu Al-Qur'an atau 'Ulumul Qur'an adalah ilmu yang membahas tentang hal-hal berkaitan dengan Al-Qur'an. Pokok-pokok pembahasannya mengenai sejarah turunnya ayat, urut-urutan ayat, pengumpulan ayat, penulisan ayat, pembacaan ayat, tafsir ayat, i'jaz, nasikh dan mansukh, bantahan terhadap hal yang meragukan Al-Qur'an, dll.
Maka ilmu Al-Qur'an adalah ilmu yang signifikan dan relevan dipelajari di masa kini dan masa depan. Karena dengan ilmu Al-Qur'an kita akan mengetahui detail suatu ayat dari berbagai aspek. Dengan demikian kita tidak akan terpengaruh dengan isu dan misi oknum atau kelompok tertentu yang mempunyai misi pengkaburan terhadap makna suatu ayat demi kepentingannya, kelompoknuya atau kepentingan lainnya.
2.
Diantara cara mengimplementasikan ilmu Al-Qur'an pada PAI di sekolah ialah:
A. Menceritakan sejarah turunnya
B. Menjelaskan maksud yang terkandung dalam terjemahannya
C. Memberi penekanan penjelasan pada ayat-ayat yang maknanya sering diselewengkan atau dinistakan, kemudian memberikan solusi atas isu penistaan ayat tersebut sehingga siswa tercerahkan.
Adapun kegiatan yang paling relevan di sekolah yaitu diadakan aneka lomba di akhir tahun pelajaran, misalnya:
A. Lomba Syarhil Qur'an
B. Lomba Tafsir Qur'an
C. Lomba Hifzhil Qur"an
Tergantung tingkat atau jenjang pendidikan.
3.
A.
Asbabun Nuzul adalah ilmu Al-Qur'an yang membahas tentang latar belakang atau sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur'an. Ilmu ini biasa digunakan untuk memudahkan para Mufassir menemukan tafsir dan pemahaman suatu ayat berdasarkan kisah diturunkannya. Ilmu ini juga digunakan untuk menetapkan hukum berdasarkan hikmah di balik kisah diturunkannya.
Contohnya:
Surah Adh Dhuha turun pada waktu Dhuha sebagai bantahan atas pertanyaan berupa penghinaan yang dilontarkan oleh kaum kafir Mekah kepada Rasulullah. Mereka menganggap beliau tidak dipedulikan lagi oleh Allah, sehingga lama tidak menerima wahyu kenabian. Akhirnya Allah menjawab dengan surah ini.
Surah An-Nisa’ ayat 43 yang artinya berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghampiri sholat sedang kamu dalam keadaan mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan…” (QS.An-nisa’, 43) turun setelah ada seseorang mengimami sholat, sedangkan ia dalam keadaan mabuk, sehingga salah membaca surah Al-Kafirun. Dari peristiwa itu maka turun ayat tersebut.
Surah Al-Isra’ ayat 85 yang artinya berbunyi: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, Katakanlah "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberikan pengetahuan melainkan sedikit”. (QS. Al-Isra’:85). Ayat ini turun setelah ada pertanyaan tentang sesuatu yang sedang merebak pada saat itu, yakni pertanyaan tentang ruh. Maka akhirnya turunlah ayat ini.
B.
Munasabah ialah sebuah ilmu Al-Qur'an yang membahas tentang pemahaman makna ayat secara komprehensif atau menyeluruh dengan menghubungkan antara ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, antara pembuka ayat dan penutupnya, dan antar ayat dengan surah yang mempunyai kesesuaian tema.
Disamping kesesuaian, disebutkan oleh Imam As Suyuthi bahwa keterkaitan tersebut bisa berupa sabab dan musababnya, kesamaan dan lawannya.
Contohnya:
QS. Saba', 2 yang artinya berbunyi: "Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. dan Dia-lah yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun." (QS. Saba', 2)
Pada ayat ini terdapat Munasabah di dalam satu ayat pada lawan katanya.
Ayat pertama dan kedua Surah Al Fil yang artinya berbunyi: "Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah." (QS Al-Fiil, 1) dan: "Bukankah Dia menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia). (QS Al-Fiil, 2). Dua ayat ini ada kesesuaian hubungan antara ayat, sebelu dan sesudahnya.
Dua ayat yang tak boleh dipisahkan karena saling terkait atau bermunasabah, yg artinya: "Bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian." (QS. At-Taubah, 5) dan "... jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui." (QS. At-Taubah, 6).
Apabila dua ayat tersebut dipisah atau sengaja tidak dikorelasikan dengan konsep munasabah maka kacaulah pemahaman umat. Jadi munasabah sangat penting untuk dipelajari.
C.
Makkiyah adalah sebutan untuk ayat atau surah Al Qur'an yang diturunkan di kota Mekah.
Contohnya:
Madaniyah adalah sebutan untuk ayat atau surah Al Qur'an yang diturunkan di kota Madinah.
Contohnya:
D.
Muhkam secara bahasa berasal dari kata ihkaam yang berarti kekukuhan, kesempurnaan, dan keseksamaan. Muhkam secara istilah adalah ayat- ayat yang maknanya sudah jelas dan tidak samar
Contohnya:
Sedangkan kata mutasyabih secara bahasa berasal dari kata tasyabuh yang berarti keserupaan dan kesamaran. Mutasyabih secara istilah adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas sehingga memerlukan pentakwilan untuk mengetahui maksudnya.
Contohnya:
E.
Secara etimologi, kata Al-Qashashu (القصص) jamak dari Qishshatu (القصة) berarti cerita, kisah, hikayat. Dalam Makna al-Qattan kata al-Qashshu berarti mencari atau mengikuti jejak.
Secara terminologi, Qashashul-Quran ialah kabar Al-Quran tentang keadaan-keadaan umat terdahulu dan kenabian di masa lalu beserta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al-Quran juga mengisahkan sejarah bangsa-bangsa dan keadaan negeri-negeri peninggalan umat-umat terdahulu.
4.
A1. Surat Thaha ayat 114
B1. Surat Al-Kahf Ayat 68
C1. Surat Asy-Syu'ara' Ayat 83
D1. Surat Al-Mujadilah Ayat 11
A2.
B2.
C2.
D2.
5.
Hal-hal yang harus dikuasai guru adalah:
A. Materi pelajaran
Penguasaan materi pelajaran adalah syarat utama menjadi guru. Karena tanpa itu guru tidak akan bisa berkata apa-apa di depan kelas.
B. Metode pengajaran
Banyak metode yang bisa dipilih seorang guru dalam penyampaian materi pelajaran. Dalam hal ini ada banyak metode, misalnya metode ceramah, tanya jawab, pemecahan masalah, penugasan, dsb. Selanjutnya, guru menerapkannnya sesuai kebutuhan di kelas.
C. Keterampilan mendidik
Di samping mengajar atau selaku mu'allim, guru juga bertindak sebagai pendidik (murabbi). Pendidikan yang paling utama adalah akhlak (ta'dib). Akhlak yang paling mulia adalah sebagaimana dicontohkan Rasulullah.
D. Kesiapan menjadi Fasilitator
Tugas IQ, Maksud Qashash Dalam Al Quran
Tugas Mata Kuliah Ilmu Al-Quran (IQ)
Modul Materi Kisah-kisah dalam Al Quran
Pertanyaan dan Jawaban
1. Jika dikategorikan dalam cerita fiksi dan non fiksi, dimanakah posisi kisah-kisah dalam al quran? jelaskan pendapat anda
2. Menurut anda, Kisah Qarun dalam al quran masuk dalam kategori cerita apa? jika dikaitkan dengan saat sekarang, banyak juga cerita tentang penemuan harta terpendam yang langsung diklaim sebagai harta Qarun. apakah memang ada kaitannya antara Qarun dan harta karun?
Menurut saya:
1.
Kisah-kisah dalam Al Qur'an bukanlah cerita fiksi, tetapi nonfiksi. Banyak sekali kisah nyata di Al Qur'an yang terbukti nyata, telah dibuktikan secara ilmiyah, dan disaksikan oleh Rasulullah SAW di dalam peristiwa Isra' Mikraj.
Salah satu bukti nyata ke-nonfiksi-an Al Qur'an adalah kisah tentang Fir'aun. Disebutkan di dalam Al Qur'an bahwa jasadnya pasti akan diselamatkan (diabadikan) oleh Allah. Ternyata, selang beberapa abad kemudian, jazad Fir'aun ditemukan dalam kondisi 'diselamatkan'. Hal ini menunjukkan bahwa cerita di dalam Al Qur'an adalah nonfiksi, tetapi nyata dan fakta.
2. Begitupula dengan kisah Qarun. Kisahnya adalah nonbfiksi dan nyata. Sebagai pembuktian, kini puing Istana Qorun masih ada sampai sekarang. Ruangan besar dengan pilar raksasa dan beratap tinggi, potongan batu bangunan kira-kira seukuran di Piramida Giza, ruang semacam singgasana, di kanan-kiri merupakan kamar-kamar penyimpanan harta benda. Tempat itu kini dikenal dengan nama Bahirah (Danau) Qarun. Danau itu sepanjang sekitar 30 kilometer dan lebar 10 kilometer berkedalaman 30-40 meter.
Adapun pengungkapan kata harta karun untuk harta terpendam di zaman sesudahnya, termasuk di zaman ini, adalah istilah saja. Hal ini seumpama penyebutan kata bilal terhadap muadzdzin shalat Jum'at di zaman ini dan di zaman setelah zamannya Bilal bin Rabah, muadzdzin kepercayaan Rasulullah SAW. Di samping itu, tidak semua harta karun yang ditemukan belakangan ini adalah betul-betul harta peninggalan Qarun pernah digunakannya. Bisa jadi peninggalan Belanda atau nenek moyang kita.
Trimakasih.
Tugas 6
Mata Kuliah: Studi Al Qur'an
Nama: Akh. Madani
NIM: 2281131059
Tanggal: 13.11.2022
Jawablah pertanyaan berikut ini, dan buatlah rangkuman modul pembelajaran 6.
1. Apa yang dimaksud dengan qashash dalam al Quran secara bahasa dan istilah?
2. Ada berapa macam kisah dalam alquran? Jelaskan jawaban anda disertai dengan contohnya.
3. Apa tujuan dan hikmah mengetahui kisah‐kisah dalam al quran?
4. Secara pedagogis, apa hikmah mengetahui kisah yang terkandung dalam surat Yusuf? Kaitkan jawaban anda dengan praktik pendidikan di sekolah
5. Kisah apa yang terkandung dalam surat lukman ayat 13‐17? Jelaskan jawaban anda dengan mengkorelasikannya dengan praktik pendidikan di sekolah
6. Kisah apakah yang terkandung dalam surat al Kahfi ayat 60‐82? Jika dikaitkan dengan pembelajaran PAI di sekolah, nilai‐nilai apa saja yang didapatkan dari cerita tersebut? Dan bagaimana cara mempraktikkannya dalam pembelajaran PAI di sekolah?
7. Tuliskan ayat‐ayat atau hadits yang berisi tentang kisah umat terdahulu yang melanggar perintah Allah. Lengkapi jawaban anda dengan terjemahnya.
8. Buatlah ringkasan pada modul pembelajaran Ilmu Quran tema 6.
Jawaban:
1.
Secara etimologi, kata al-Qashashu atau Qishashun (قصص) jamak dari Qishshatu (قصة) berarti cerita, kisah, hikayat. Dalam Manna al-Qattan kata al-Qashshu yang berarti mencari atau mengikuti jejak.
Secara terminologi, Qishashul-Quran ialah kabar al-Quran tentang keadaan-keadaan umat terdahulu dan kenabian di masa lalu berikut peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al-Quran melengkapi keterangan-keterangan tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi berupa sejarah bangsa-bangsa. Keadaan negeri-negeri peninggalan jejak setiap umat.
2.
Ada 3 yaitu:
Pertama:
Kisah-kisah para Nabi. Di dalam Al-Qur’an banyak sekali diceritakan kisah-kisah para nabi dan kaumnya, mukjizat-mukjizat yang Allah swt. berikan kepada mereka, para penentang mereka, tahap-tahap dan perkembangan dakwah mereka, serta balasan bagi orang-orang yang mengimani mereka dan yang mendustai mereka. Contohnya adalah kisah Nabi Nuh a.s., Ibrahim a.s., Musa a.s., Harun a.s., Isa a.s., Muhammad saw., serta para nabi dan rasul lainnya.
Kedua:
Kisah-kisah yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tokoh masa lalu serta orang-orang penting yang bukan termasuk para nabi. Seperti kisah Thaluth dan Jaluth, anak-anak Nabi Adam a.s., Ashabul Kahfi, Dzul Qarnain, Qarun, Ashabus Sabt, Maryam, Ashabul Ukhdud (orang-orang yang membuat parit, yakni para pembesar di Yaman yang zalim terhadap umat mukmin).
3.
Tujuan dan hikmahnya yaitu:
Menjelaskan pokok-pokok ajaran agama dan asas dakwah, memantapkan hati Rasulullah dan umat beliau, membenarkan keberadaan para nabi, membuktikan kerasulan Nabi Muhammad saw, memberikan petunjuk dan ibroh kepada umat.
4.
Secara pedagogis, kisah nabi Yusuf mengajarkan kepada kita bahwa:
Allah SWT punya rencana terbaik, tak terkalahkan dengan rencana manusia. Maka rencana 'penenggelaman' nabi Yusuf oleh saudara-saudaranya terpatahkan oleh rencana Allah, Sang Maha Perencana (Khairul Makirin).
Oleh karena itu, kita sebagai guru harus menanamkan tentang kehebatan rencana Allah ini kepada siswa agar nilai akidah mereka semakin baik.
5.
Kisah yang terkandung dalam ayat ini mencerminkan betapa sayangnya seorang ayah terhadap anaknya. Maka sang ayah ingin anaknya untuk menjadi orang selamat di dunia dan akhirat dengan upaya pengajaran tauhid dan syariat secara berimbang.
Pengajaran ini sangat penting diterapkan di sekolah oleh guru sebagai orang tua terhadap siswanya sebagai anaknya.
Di samping itu, cara menunjukkan rasa sayang terhadap anak bukanlah dengan memanjakan mereka dengan materi tetapi dengan pengertian agama. Inilah nilai pendidikan yang perlu diterapkan di lembaga pendidikan, utamanya lembaga pendudikan islam.
6.
Ayat ini menjelaskan kisah murid dan guru. Nabi Musa sebagai murid, nabi Khidir sebagai guru. Mereka seolah memperagakan keadaan di akhir zaman yang mana guru sering mendapatkan protes dari muridnya. Tapi sebagai guru bijak dan profesional, nabi Khidir memaklumi muridnya dan bahkan menjelaskan dengan lugas maksud dan hikmah perbuatan guru tersebut.
Di dalam praktek dunia pendidikan, guru harus memiliki sifat dan sikap bijak ini agar dunia pendidikan berjalan harmonis.
Cara yang paling ampuh untuk bisa bijak adalah menanamkan rasa tepa salira (menganggap kita di posisi siswa) dan menanamkan keyakinan bahwa ilmu Allah sangat luas. Di atas level ilmu siswa mungkin ilmu selevel ilmu kita, dan masih banyak level ilmu, di atas ilmu kita.
7.
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
"Dan, sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: 'Jadilah kamu kera yang hina'.'' [Al-A'raaf (7) : 166]
8.
Kisah-kisah di dalam Al Qur'an memberikan pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya agar dijadikan ibroh (pelajaran) untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan benar. Selain itu, kisah-kisah yang dicantumkan di dalam Al Qur'an adalah sebagai pelajaran dan petunjuk yang berguna bagi setiap orang beriman dan bertaqwa dalam rangka memenuhi tujuan diciptakannya yaitu sebagai hamba dan khalifah di muka bumi ini.
Kisah-kisah dalam Al-Qur'an berupa peristiwa nyata yang benar-benar terjadi. Kisah-kisah Al-Qur'an selalu sejalan dalam kehidupan manusia di masa lalu, sekarang, dan akan datang. Kisah-kisah Al-Qur'an tidak sama dengan ilmu sejarah/ Kisah Al-Quran sering diulang-ulang.
Kisah-kisah dalam Al-Qur'an sarat dengan muatan edukatif bagi manusia khususnya pembaca dan pendengarnya. Kisah-kisah tersebut menjadi bagian dari metode pendidikan yang efektif bagi pembentukan jiwa yang bertauhid dan berta'abbud kepada Allah SWT.
Tujuan kisah dalam Al-Qur'an berkaitan pendidikan anak adalah untuk meningkatkan spiritual anak berupa petunjuk, hikmah, i'tibar, peringatan, ancaman, apresiasi, dan penghargaan atau pahala kebahagian dunia akhirat.
Tugas IQ, Maksud Ayat Muhkam dan Mutasyabih
Tugas Mata Kuliah Ilmu Al-Quran (IQ)
Mata Kuliah Ulumul Quran
Ayat Muhkam dan Mutasyabih
Pertanyaan dan Jawaban tentang Maksud Ayat Muhkam dan Mutasyabih.
1. Apa yang dimaksud dengan Muhkam dan Mutasyabih? Jelaskan secara etimologi dan terminologi?
Jawaan:
Muhkam secara bahasa berasal dari kata ihkaam yang berarti kekukuhan, kesempurnaan, dan keseksamaan. Muhkam secara istilah adalah ayat- ayat yang maknanya sudah jelas dan tidak samar.
Sedangkan kata mutasyabih secara bahasa berasal dari kata tasyabuh yang berarti keserupaan dan kesamaan. Mutasyabih secara istilah adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas sehingga memerlukan pentakwilan untuk mengetahui maksudnya.
Di samping itu, ayat mutasyabih juga disebut sebagai ayat yang samar- samar. Biasanya, ayat-ayat mutasyaabihat berkaitan dengan sifat Allah Yang Maha Zhahir dan Maha Bathin. Dengan ini kita tidak diolehkan memahaminya secara literal dan menelannya mentah-mentah. Karena, jika dimaknai secara literal, akan memberikan pemahaman yang bahkan merancukan akidah.
2. Bagaimana cara mengetahui ayat-ayat mutasyabihat? Apa ciri-cirinya?
Jawaban:
Ada 2 cara. Pertama, denga cara tafwidl. Ssebagian ulama meyebutnya dengan istilah ta’wil ijmali atau yakwil secara global. Cara ini digunakan oleh sebagian besar ulama salaf pada tiga abad pertama Hijriah. Mereka meyakini bahwa maknanya bukanlah makna lahiriahnya yang merupakan sifat-sifat jism (sesuatu yang memiliki ukuran dan bentuk atau dimensi), tetapi memiliki makna yang layak bagi keagungan dan kesucian Allah tanpa menentukan apa makna tersebut. Mereka mengembalikan dan menyesuaikan makna ayat-ayat mutasyabihat kepada ayat-ayat muhkamat serta meyakini bahwa ayat-ayat mutasyabihat tersebut tidak mengandung makna yang bertentangan dengan makna ayat-ayat muhkamat.
Kedua, degan cara ta’wil. Sebagian ulama menyebutnya dengan istilah ta’wil tafshili atau takwil secara terperinci. Cara ini digunakan oleh sebagian besar ulama khalaf yang hidup setelah tiga abad pertama Hijriah. Mereka menakwil atau memaknai ayat-ayat mutasyabihat secara terperinci dengan menentukan makna-maknanya sesuai dengan penggunaan kata tersebut dalam bahasa Arab serupa halnya dengan ulama salaf, mereka tidak memahami ayat-ayat tersebut dengan makna lahiriahnya.
Cara ta’wil ini sangat tepat dan bijak untuk diterapkan, terutama ketika dikhawatirkan terjadi goncangan aqidah di kalangan orang-orang awam demi untuk menjaga dan membentengi mereka dari keyakinan tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Cara ini juga digunakan oleh sebagian ulama salaf seperti Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Sufyan ats-Tsauri, Ahmad bin Hanbal, al-Bukhari dan lainnya.
3. Berikan contoh ayat muhkamat dan mutasyabihat, masing-masing tujuh ayat!
Jawaban:
Terlampir
4. Coba anda jelaskan keterkaitan antara muhkam dan mutasyabih dengan dalam tafsir Quran!
Jawaban:
Mengenai ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat ini terdapat 3 pendapat:Ketiga: yang paling kuat adanya muhkam dan mutasyabih, karena kedua ayat tersebut di atas. Sebab, maksud uhkimat ayatuhu dalam ayat di bawah ini menjelaskan tentang kesempurnaan al-Qur'an tidak adanya pertentangan antar ayat-ayatnya. Sedangkan maksud mutasyabih dalam kebenaran, kebaikan dan kemu'jizatan.
5. Buatlah Resume modul Ilmu Quran Pertemuan Ke 5 tentang muhkam dan mutasyabih.
Jawaban:
Muhkam secara bahasa berasal dari kata ihkaam yang berarti kekukuhan,
kesempurnaan, dan keseksamaan. Muhkam secara istilah adalah ayat- ayat yang
maknanya sudah jelas dan tidak samar.
Contoh Ayat
Muhkam:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya:
“Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan
seorang perempuan dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal”. (QS. Al-Hujarat: 13).
Sedangkan
kata mutasyabih secara bahasa berasal dari kata tasyabuh yang berarti
keserupaan dan kesamaan. Mutasyabih secara istilah adalah ayat-ayat yang
maknanya belum jelas sehingga memerlukan pentakwilan untuk mengetahui
maksudnya.
Contoh Ayat Mutasyabih:
الرَّحْمَنُ
عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
Artinya:
“ Yaitu Tuhan Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas Arsy”. (QS.Thaha: 5).
Di samping itu,
ayat mutasyabih juga disebut sebagai ayat yang samar- samar. Biasanya,
ayat-ayat mutasyaabihat berkaitan dengan sifat Allah Yang Maha Zhahir dan Maha
Bathin. Dengan ini kita tidak diolehkan memahaminya secara literal dan
menelannya mentah-mentah. Karena, jika dimaknai secara literal, akan memberikan
pemahaman yang bahkan merancukan akidah.
6. Selamat Mengerjakan!
Tugas IQ, Perbedaan Makkiyah dan Makkiyah Beserta Contoh
Tugas Mata Kuliah Ilmu Al-Quran (IQ)
Perbedaan Makkiyah dan Makkiyah Beserta Contoh
Petanyaan dan Jawaban
1. Apa yang dimaksud dengan Makkiyah? Apa juga yang dimaksud dengan Madaniyah dalam ilmu Quran?
2. Bagaimana cara mengetahui ayat‐ayat Makkiyah? Apa ciri‐cirinya?
3. Apa saja kandungan ayat‐ayat Makkiyah? Jelaskan pendapat anda!
4. Bagaimana cara mengetahui ayat‐ayat Madaniyah? Apa ciri‐ciri Ayat Madaniyah?
5. Apa saja kandungan ayat‐ayat Madaniyah? Jelaskan pendapat anda!
6. Sebutkan contoh surah Makkiyah dan madaniyah, masing‐masing dua ayat beserta terjemahnya!
7. Coba anda jelaskan keterkaitan antaraMakkiyah dan Madaniyah dengan Asbabun Nuzul dalam ilmu Quran!
8. Apa manfaat mengetahui Makkiyah dan Madaniyah dalam ilmu quran?
9. Jelaskan dan uraikan pendapat anda tentang korelasi makkiyah dan Madaniyah dengan pembelajaran PAI di sekolah! Manfaat apa yang bisa anda dapatkan dari mempelajari Makkiyah dan madaniyah untuk pembelajaran PAI di sekolah?
10. Buatlah Resume modul Ilmu Quran Pertemuan Ke 4 tentang Makkiyah dan Madaniyah.
11. Selamat Mengerjakan!
Jawaban:
1.
Makkiyah adalah sebutan untuk ayat atau surah Al Qur'an yang diturunkan di kota Mekah.
Madaniyah adalah sebutan untuk ayat atau surah Al Qur'an yang diturunkan di kota Madinah.
2.
Ayat-ayat Makkiyah dapat diketahui dari khitab yang ditujukan kepada semua manusia (ياأيهاالناس), isi ayatnya tentang kisah nabi terdahulu, ayatnya pendek, dll.
3.
Kandungan ayat-ayat Makkiyah menjelaskan tentang ketauhidan dan kisah nabi-nabi terdahulu. Hal ini disebabkan kondisi kota Mekah saat itu masih berada dalam kondisi jahiliyah dan memerlukan pengenalan terhadap Tuhan.
4.
Ayat-ayat Madaniyah dapat diketahui dari khitab yang ditujukan kepada orang beriman (ياأيهاالذين أمنوا), isi ayatnya tentang ketentuan hukum, ayatnya panjang, dll.
5.
Kandungan
ayat-ayat Madaniyah menjelaskan tentang masalah hukum dan ketentuan-ketentuan syariat yang harus ditaati umat Islam. Hal
ini disebabkan kondisi penduduk Madinah saat itu sudah banyak masuk Islam.
6. Contoh surah Makkiyah: Al An'am dan Al A'raf. Conoh surah Madaniyah: Al Baqarah dan Ali Imran
7.
Kaitan Makkiyah dan Madaniyah dengan Asbabun Nuzul dalam Al Qur'an tidak dapat dipisahkan. Karena asbab sangat erat dengan tempat. Artinya, Asbabun Nuzul suatu ayat selalu berkaitan dengan tempat turunnya suatu ayat.
8.
Manfaat mempelajari ayat Makkiyah dan Madaniyah adalah sebagai alat bantu bagi mufassir (pentafsir) atau pengkaji Al Qur'an untuk menafsirkan ayat al-Quran. Pengetahuan tentang tempat turunnya ayat dapat membantu menemukan penafsiran yang benar sesuai metode yang ada. Misalnya “keumuman lafadz” (al-Ibroh bi umum al-lafdz la bi khusus as-sabab) atau metode “kekhususan sebab” (al-Ibroh bi khusus as-sabab la bi umum al-lafdz). Dengan itu pula, mufassir dapat membedakan mana ayat yang nasikh (menghapus) dan mansukh (dihapus) maupun ayat yang takhsis (pengkhususan).
Manfaat mempelajari ayat Makkiyah dan Madaniyah lainnya adalah untuk membedakan dan mengetahui ayat Mansukh dan nasikh. Karena apabila terdapat dua ayat atau lebih menganai suatu masalah, sedang hukum yang terkandung dalam ayat itu bertentangan. Jika telah mengetahui ayat makiyah atau ayat madaniyah pasti akan diketahui bahwa ayat madaniyah menasakh ayat yang makiyah.
9.
Korelasi dalam mengklasifikasikan ayat atau surah Makkiyah dan Madaniyah dengan Pendidikan Agama Islam harus seiring sejalan. Karena sumber hukum agama Islam adalah Al Qur'an. Sedangkan untuk memahami isi Al Qur'an harus dibekali ilmu pengetahuan yang luas, disertakan dengan dalil-dalil yang bersifat naqli yang terdapat dalam al-Qur’an maupun al Hadist. Kemudian ilmu yang luas itu sangat tepat apabila dikurikulumkan di lembaga atau institusi pendidikan agama Islam. Maka In syaa Allah upaya ini akan membentuk jiwa umat Islam yang terdidik dan semakin cinta dengan Al-Qur’an.
10.
Dengan mengetahui konsep atau ilmu Makkiyah dan Madaniyah dapat membantu memahami Al-Qur’an dari segi konteks latar belakang turunnya suatu ayat.
Manfaat lain memahami ilmu ini ialah bisa mempelajari gaya bahasa Al-Qur’an, keindahan serta kelenturan gaya bahasanya sebagai metode dakwah sesuai dengan situasi serta kondisi yang ada.
Selain itu mengetahui ilmu ini berarti bisa mengetahui sejarah perjalanan Nabi secara komprehensif melalui ayat-ayat AL-Qur’an yang turun saat Nabi di Makkah ataupun Madinah.