Blog arsip tugas kuliah dan berkas kerja duktik

tugasduktik.blogspot.com

  • Welcome to menu 1

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

  • Welcome to menu 2

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

  • Welcome to menu 3

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

  • Welcome to menu 4

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

  • Welcome to Menu 5'

    Selamat datang di blog kami. Semoga Anda mendapatkan sesuatu yang berarti.

Nov 28, 2022

Tugas IH, Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar

Tugas Kuliah Ilmu Hadits (IH)

UTS MATA KULIAH ULUMUL HADIS.

Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar


Tugas IH, Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar


Soal:


1. Coba deskripsikan pengertian dari Hadis, Sunnah, Khobar dan Atsar secara Bahasa dan istilah

2. Apa yang anda ketahui tentang perbedaan Hadis, Sunnah, Khibar dan Atsar ? coba deskripsikan Perbedaan perbedaan tersebut dan berikan contohnya masing masing….

3. Coba anda Deskripsikan yang dimaksud Hadis Soheh, Hadis Hasan dan Hadis Do’if dan berikan contohnya masing masing

4. Apa yang anda fahami tentang Hadis Riwayah dan Hadis Diroyah dan siapa ulama yang pertama kali menulisnya dan berikan contohnya masing – masing

5. Coba deskripsikan Perkembangan Hadis pada masa Rosululloh SAW, Masa Sohabat dan masa Tabi’in


Jawaban:


1.

Hadits secara etimologi Hadits memiliki arti Jadid yang berarti baru dan Qarib yang berarti dekat atau belum lama lagi terjadi. Hadits secara terminologi mencakup semua hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik berupa ucapan, perbuatan, taqrir (diam tanda setuju), atau sifat-sifat beliau.


Sunnah secara etimologi berarti ath-Thariq atau Sirah al-muttaba’ah (jalan yang diikuti). Sunnah secara terminologi adalah segala yang bersumber dari Rasulullah, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat, budi pekerti, maupun perjalanan hidup beliau, dari sebelum diangkat menjadi Rasul maupun sesudahnya.


Khabar secara etimologi berarti warta atau berita atau kabar, jamaknya adalah al-Akhbaar, yaitu sesuatu diucapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada seseorang. Khabar secara terminologi adalah sesuatu segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi Muhammad SAW atau selainnya.


Atsar secara etimologi berarti bekas atau sisa, atau sesuatu yang dinukilkan kepada seseorang. Misalnya do’a yang dinukil dari Nabi disebut Do’a al-Ma’tsur. Atsar secara terminologi mempunyai pengertian yang sama dengan khabar dan hadits.

Sisi perbedan antara Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar sebagai berikut:

Sunnah lebih luas daripada Hadits karena cakupannya meliputi hal-ihwal Nabi Muhammad saw sejak sebelum diangkat menjadi Rasul maupun sesudahnya.


2.

Khabar yang dinisbatkan kepada Nabi disebut Hadits Marfu’. Sedangkan yang dinisbatkan kepada Sahabat disebut Hadits Mauquf’, dan yang dinisbatkan kepada Tabi’in disebut Hadits Maqthu'.

Atsar secara terminologi mempunyai pengertian yang sama dengan khabar dan hadits.


3.

Hadits Shahih:

ما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علة

Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya syadz dan ‘illah. Contohnya:

حَدَّثَنَا عَبْدُاللهِ بْنُ يُوْسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمِ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص.م قَرَأَ فِي الْمَغْرِبِ بِالطُّوْرِ “(رواه البخاري)

” Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin yusuf ia berkata: telah mengkhabarkan kepada kami malik dari ibnu syihab dari Muhammad bin jubair bin math’ami dari ayahnya ia berkata: aku pernah mendengar rasulullah saw membaca dalam shalat maghrib surat at-thur” (HR. Bukhari, Kitab Adzan).

Tinjauan terhadap hadits ini adalah:

a. Sanadnya bersambung karena semua rawi dari hadits tersebut mendengar dari gurunya.

b. Semua rawi pada hadits tersebut dhobit, adapun sifat-sifat para rawi hadits tersebut menurut para ulama aj-Jarhu wa at-ta’dil sebagai berikut:

- Abdullah bin Yusuf : Tsiqat muttaqin

- Malik bin Annas : Imam hafidz

- Ibnu Syihab Aj-Juhri : Ahli fiqih dan Hafidz

- Muhammad bin Jubair :Tsiqat

- Jubair bin Muth’imi : Shahabat

c. Tidak syadz karena tidak ada pertentangan dengan hadits yang lebih kuat serta tidak cacat.


Hadits Hasan:

هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علة

Hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi adil, namun kualitas hafalannya tidak seperti hadits shahih, tidak terdapat syadz dan ‘illah. Contohnya:

حدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ الضُّبَعِي عَنْ أَبِيْ عِمْرَانِ الْجَوْنِي عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مُوْسَي الْأَشْعَرِيْ قَالَ : سَمِعْتُ أَبِي بِحَضْرَةِ العَدُوِّ يَقُوْلُ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص م : إِنَّ أَبْوَابَ الْجَنَّةِ تَحْتَ ظِلاَلِ السُّيُوْفِ ….. الحديث “

“Telah menceritakan kepada kamu qutaibah, telah menceritakan kepada kamu ja’far bin sulaiman, dari abu imron al-jauni dari abu bakar bin abi musa al-Asy’ari ia berkata: aku mendengar ayahku berkata ketika musuh datang: "Rasulullah Saw bersabda, sesungguhnya pintu-pintu surga dibawah bayangan pedang…”( HR. At-Tirmidzi, Bab Abwabu Fadhailil jihadi).


Derajat hadits tersebut adalah hasan, karena semua perawi dalam hadits tersebut tsiqoh, kecuali Ja’far bin Sulaiman adh-Dhuba’i.


Hadits Dha'if:

وكل ما عن رتبة الحسن قصر  #  فهو الضعيف وهو اقسام كثر

Setiap hadits yang kualitasnya lebih rendah dari hadits hasan adalah dhaif dan hadits dhaif memiliki banyak ragam.

Contohnya:

مَاأَخْرَجَهُ التِّرْمِيْذِيْ مِنْ طَرِيْقِ “حَكِيْمِ الأَثْرَمِ”عَنْ أَبِي تَمِيْمَةِ الهُجَيْمِي عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ ص م قَالَ : ” مَنْ أَتَي حَائِضاً أَوْ اِمْرَأةً فِي دُبُرِهَا أَوْ كَاهُنَا فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أَنْزَلَ عَلَى مُحَمِّدٍ “

""Apa yang diriwayatkan oleh tirmidzi dari jalur hakim al-Atsrami “dari abi tamimah al-Hujaimi dari abi hurairah dari nabi saw ia berkata: "Barang siapa yang menggauli wanita haid atau pada duburnya atau semacam ini maka sungguh ia telah mengingkari apa yang telah diturunkan kepada nabi Muhammad saw”.


Imam Tirmidzi berkata bahwa setelah mengeluarkan (takhrij) hadits ini: “ Kami tidak mengetahui hadits ini kecuali hadits dari jalur hakim al-Atsrami. Kemudian hadits ini didhoifkan oleh Muhammad dari segi sanad karena didalam sanadnya terdapat hakim al-Atsrami yang didhaifkan pula oleh para ulama hadits”.


4.

Hadits Riwayah, mempelajari tentang jalur periwayatan hadits, matan, pembukuan dari hulu ke hilir, dipelopori oleh Abu Bakar Muhammad Ibnu Syihab al-Zuhri.


Hadits Dirayah, mempelajari tentang jalur periw,ayat dari hulu ke hilir,, ketsiqahan, dan kesahihan hadits.

Orang yang pertama kali memperkenalkan dikotomi ilmu riwayah dan ilmu dirayah dalam ilmu hadis adalah al-Ramahurmuzi (265-360 H). Contohnya:

عن المغيرة قال: سمعت رسول الله صلّى الله عليه وسلّم يقول:

إِنَّ كَذِباً عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّداً

فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ (رواه مسلم وغيره)

Artinya: Dari Al-Mughirah ra., ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya dusta atas namaku itu tidak seperti dusta atas nama orang lain, dan barang siapa dusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya ia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Muslim dan lainnya).


5.

Pada masa Rasulullah, hadits berkembang di antara para Sahabat. Mereka yang mendengar hadits langsung dari Rasulullah segera menyampaikan kepada Sahabat yang tidak/belum mendengarnya.


Kemudian pada masa setelah wafatnya Rasulullah, Sahabat Umar Bin Khattab mulai ada kekhawatiran hadits-hadits itu akan hilang. Akhirnya para sahabat mengadakan pencatatan hadits-hadits beserta periwatnya. Mereka mempergunakan kaidah-kaidah dan metode-metode tertentu tetapi belum menuliskan kaidah-kaidah tersebut.


Kaidah dan metode pengumpulan hadits dari segi matan dan perawinya secara resmi dibukukan pada abad ke-2 H. atas prakarsa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Khalifah Bani Umayah, dimotori oleh Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri. Akan tetapi kaidah dan metode pada masa ini masih bersifat rumusan dan belum tertulis melainkan hanya disepakati dan diingat bersama para ulama hadits.


Kaidah dan metode pengumpulan hadits dari aspek tertentu mulai dibukukan pada abad ke-3 Hijriyah. Yahya bin Ma’in (wafat 234 H./848 H) menulis tentang Tarikh ar-Rijal (Sejarah dan Riwayat Perawi Hadits), Muhammad bin Sa’ad (wafat 230 H./848 M) menulis tentang at_Thabaqaat (Tingkatan Perawi Hadits), Ahmad bin Hanbal (wafat 241 H./855M) menulis tentang al-“Ilal (Ketentuan Cacat Hadits), dll.


Pada abad ke-4 dan ke-5 Hijriyah mulai ditulis kitab-kitab Ilmu Hadits secara komprehensif, seperti kitab al-Muhaddits al-Fashil baina ar-Rawi wal-Wa’I ditulis oleh al-Qadhi Abu al-Hasan bin Abdur Rahman bin Khallad ar-Rumuharmuzi (wafat 360 H./971 M), Ma’rifat “ulum al-Hadits ditulis oleh Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah al-Hakim an-Naisaburi (wafat 405 H/1.014 M), dll.


Pada abad berikutnya semakin bermunculan kitab ilmu hadits yang ditulis oleh para ulama hadits, diantaranya adalah kitab ‘Ulum al-Hadits ditulis oleh Abu ‘Amr “Utsman bin Abdur Rahman yang dikenal dengan Ibnu as-Shalah (wafat 643 H./1/245 M), Tadrib ar-Rawi fi Syarhi Taqrib an-Nawawi ditulis oleh Jalaluddin Abdur Rahman bin Abu Bakar as-Suyuthi (wafat 911 H./1.505 M), dan seterusnya hingga sekarang.


Share:

Tugas IQ, Asbabun Nuzul dan Penjelasanya

Mata Kuliah Ulumul Quran

Asbabun Nuzul dan Penjelasanya

Soal

1. 

Jelaskan pengertian asbab an-nuzul

2. 

Bagaimana cara mengetahui asbab dalam Al Quran

3. 

Ada berapa macam asbab an-nuzul. Jelaskan dengan contoh

4. 

Apa manfaat mempelajari ilmu asbab an-nuzul. Uraikan.

5. 

Buatlah ringkasan materi ini.


Tugas IQ, Asbabun Nuzul dan Penjelasanya

Jawaban:


1. 

Pengertian asbab an-nuzul secara etimologi adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu.

Pengertian asbab an-nuzul secara terminologi adalah peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat Al Quran atau respon terhadap adanya suatu peristiwa.


2. 

Asbab turunnya ayat Al Quran dapat diketahui dengan mempelajari sejarah, khususnya yang terkait ayat tersebut atau mempelajari ilmu Al Quran. Karena ilmu ini menjelaskan tentang ayat-ayat Al Quran dari berbagai aspek, termasuk sejarah turunnya ayat.


3. 

a. Taaddud al asbab wan nazil wahid

Contoh. Surah Al Ikhlas ayat 1-4 turun dengan sebab orang musyrik di Mekah dan sebab ahli kitab di Madinah.

b. Taaddud an nazil wal asbab wahid

Contoh. Surah Ad Dukhan ayat 10, 25, dan 16. Atat-ayat tersebut turun dengan sebab kaum Quraisy durhaka terhadap Nabi Muhammad saw.


4. 

Manfaat mempelajari ilmu asbab an-nuzul adalah mempermudah memahami makna dan maksud konteks ayat Al Quran. Dengan demikian maka mudah pula menafsirkan ayat Al Quran. Oleh karena itu para pentafsir Al Quran harus menguasai ilmu asbab an nuzul agar tidak salah tafsir.


Ringkasan


Dari jawaban-jawaban di atas dapat dusimpulkan bahwa ilmu asbab an nuzul adalah ilmu yang mempelajari tentang sebab-sebab turunnya Al Quran, bagian dari ilmu Al Quran (Ulum al Quran). Rinciannya sangat luas, sebanding dengan kegunaannya yang sangat dipentingkan para pentafsir Al Quran.

Share:

Tujuan Pendidikan Islam Terkait Kurikulum

Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam (IPI)

Tujuan Pendidikan Islam Terkait Kurikulum



Soal:

Buatlah catatan tentang tujuan pendidikan islam khususnya dalam pembelajaran PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) di dalam kelas. Kaitkan tujuan ini dalam konsep tujuan pembelajaran ini dengan konsep KOMPETENSI dalam kerangka Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).


Catatan:


Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di dalam kelas beserta kaitannya dengan Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK)


Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada penjelasan ayat (20) pasal 39 dinyatakan bahwa: “ Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat persatuan nasional”.


Selain itu dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2003 dijelaskan bahwa: "Pendidikan agama bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara. 


Tujuan pendidikan agama Islam ini merupakan penjabaran dari bunyi Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 yaitu: “ Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.


Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam Untuk Setiap Kelas adalah sebagai berikut:


1. Siswa memahami, meyakini dan mengimani Allah, malaikat-malaikat-Nya, dengan mengetahui fungsi, dalil naqli dan aqlinya dan menjauhi hal-hal yang merusak iman.

2. Siswa memahami, menghayati dan mampu menjadi imam dalam shalat berjama’ah, melaksanakan shalat fardhu, dan khutbah jum’at.

3. Siswa mampu membaca, menyalin, mengartikan dan menyimpulkan Al-qur’an, makanan yang halal dan bergizi, pelestarian alam dan kerusakan akibat tangan manusia.

4. Siswa memiliki rasa tanggung jawab, keadilan dan keikhlasan.

5. Siswa memahami dan mempedomani Dinul Islam, wakaf, riba dan perbankan.

6. Siswa memahami dan mengambil manfaat dari sejarah perkembangan dan peranan umat Islam di Indonesia.


Kaitan tujuan ini dalam konsep pembelajaran KOMPETENSI dalam kerangka Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mempunyai pendekatan yaitu pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, perasaan dan emosi, pendekatan rasional, pendekatan fungsional.


Dalam konsep pembelajaran kompetensi yang dikembangkan, terdapat pola kegiatan belajar mengajar yang mengacu kepada tujuan perundang-undangan sebagaimana disebutkan di atas dan berpijak kepada silabus dan rencana pembelajaran yang diolah oleh setiap guru Pendidikan Agama Islam, diatur oleh lembaga berwenang yaitu Kementerian Agama Republik Indonesia.


Dengan ini diharapkan Pendidikan Agama Islam dengan konsep utama, yakni meyakini, memahami, dan menghayati agama melalui bimbingan belajar mengajar, ditambah konsep pembelajaran kompetensi betul-betul menerap ke setiap siswa dan cukup membekali mereka dalam mengarungi kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara secara berimbang.


Sekian. Terimakasih.

Share:

Fenomea Permasalahan Bangsa

Tugas Kuliah Pendidikan Pancasila (PP)

Fenomea Permasalahan Bangsa

Soal

Bagaimana argumen kalian tentang fenomena permasalahan bangsa yang pernah terjadi, seperti kesenjangan sosial dan degradasi moral.


Jawaban:


Menanggapi pertanyaan diatas, kami melihat bahwa fenomena permasalahan bangsa yang terjadi selama ini dipicu oleh berbagai macam faktor. Pemicunya bisa berupa faktor internal maupun eksternal. Dampaknya pun bisa berakibat kepada personal hingga massal.


Diantara pemicu internal atas permasalahan bangsa, baik berupa kesenjangan sosial ataupun moral, tidak terlepas dari minimnya ilmu atau informasi positif tentang tatanan hingga peraturan berbangsa dan bernegara. Apabila individu bangsa berada pada kondisi ini tentu ia akan mengalami ketimpangan dalam menjalani kehidupan bersosial di tengah masyarakat.


Adapun penyebab minimnya ilmu atau informasi positif tentang hal tersebut bisa jadi karena sulitnya akses untuk mendapatkan ilmu dan informasi atau kurangnya tenaga ahli yang betul-betul berdidikasi untuk memberikan penalarann kepada setiap individu bangsa tentang pentingnya ilmu dan informasi positif.


Dengan demikian, mereka akan berbuat sekehendak mereka tanpa ada pertimbangan apapun. Bahkan sangat dimungkinkan bahwa perbuatan mereka adalah benar menurut anggapan mereka, padahal cacat menurut norma sosial dan salah menurut hukum negara. Inilah ketimpangan yang perlu diwaspadai.


Sedangkan diantara pemicu eksrernal atas permasalahan bangsa berupa kesenjangan sosial dan moral adalah karena masuknya budaya informasi dan budaya negatif dari luar, entah didapat dari media maupun dari imigran atau turis asing. Apabila individu bangsa terpengaruh dengan informasi dan budaya negatif dari luar, tentu akan berdampak negatif dalam kehidupan bersosial dan masyarakat.


Pada gilirannya, mereka akan berbuat sebagaimana perbuatan orang asing, padahal perbuatan itu berseberangan dengan budaya lokal, cacat menurut norma sosial dan atau salah menurut hukum negara. Inilah ketimpangan yang perlu diwaspadai juga.


Selanjutnya, kami berasumsi sekaligus berharap mudah-mudahan semua pihak pemangku jabatan, baik di bidang pendidikan maupun sosial untuk bergandengan tangan menjangkau setiap individu bangsa agar berpendidikan yang baik sehingga bisa memilah ragam informasi dan budaya secara tepat dan proporsional.


Sekian.

Share:

Ragam dan Variasi Penggunaan Bahasa Indonesia

Tugas kuliah Bahasa Indomesia (BI)

Ragam dan Variasi Penggunaan Bahasa Indonesia

Soal




Jawaban

Ragam dan Variasi Penggunaan Bahasa Indonesia


Ragam bahasa berdasarkan kegunaanya meliputi beberapa hal, seperti situasi, permasalahan yang akan disampaikan, latar belakang audiens, dan sarana yang digunakan.


Ragam bahasa berdasarkan cara penyampaiannya ada 3, yaitu: formal, semi formal, dan nonformal.


Bahasa formal memiliki kemantapan dinamis, menggunakan fungsi-fungsi gramatikal, mengunakan bentukan kata yag lengkap, mengunakan imbuhan kata secara tepat, dan menggunakan ejaan baku. Bahasa formal digunakan dalam kegiatan/acara formal di lembaga formal di institusi pendidikan atau instansi pemerintahan.

 

Bahasa semi formal sedikit mengenyampingkan fungsi-fungsi bahasa formal, atau sedikit memasukkan fungsi-fungsi tersebut ke dalam pembicaraan. Bahasa semi formal sering digunakan dalam kegiatan/acara semi formal di lembaga formal di institusi pendidikan atau instansi pemerintahan. Hal ini ditentukan oleh penutur, situasi berlangsungnya pembicaraan atau lawan bicara sebagai audiens.


Bahasa non formal adalah bahasa yang terlepas dari fungsi-fungsi bahasa formal dan semi formal. Bahasa non formal biasa digunakan diluar acara formal dan semi formal. Ragam bahasa ini daat diistilahkan denga bahasa Indonesia sehari-hari, baik yang terjadi antar teman, antar rekan kerja, ataupun orang lain di luar waktu dan tempat-tempat formal/dinas. 


Ragam bahasa berdasarkan media atau sarana ada dua, yaitu: bahasa lisan dan tulisan.


Ragam bahasa lisan merupakan bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa dalam berkomunikasi. Ragam bahasa lisan ditentukan oleh intonasi dan situasi. Ragam lisan standar, misalnya orang berpidato atau memberi sambutan dalam suatu acara, situasi perkuliahan, ceramah, dan sebagainya. Ragam lisan non-standard, misalnya dalam percakapan antar teman atau dalam kesempatan nonformal lainnya.


Ragam bahasa tulis merupakan bahasa tulisan, menggunakan huruf sebagai unsur penyampainya. Hal ini berkaitan dengan ejaan, tanda baca, struktur kalimat, dan kosa kata. Kelengkapan tata bahasa seperti bentuk kata atau pun struktur kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan dalam mengungkapkan ide.


Ragam bahasa berdasarkan penuturnya dipengaruhi faktor daerah, disebut ragam daerah. Di samping itu, faktor pendidikan akan mempengaruhi ragam bahasa pemakai penutur. Pemakaian bahasa Indonesia menimbulkan perbedaan bahasa, terutama bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di luar daerahnya. Kelompok penutur bahasa yang berpendidikan berbeda dengan kelompok yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, vitamin, video, film, dan fakultas. Pemakai bahasa yang tidak berpendidikan terkadang mengucapkan pitnah, pitamin, pideo, pilem, dan pakultas.


Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur dipengaruhi oleh sikap terhadap lawan bicaranya atau sikap bahasa tulisan dari penulis terhadap audiensnya. Ragam pemakaian bahasa ini ada 3 sikap, yaitu resmi, akrab, dan santai. Kedudukan lawan bicara atau pembaca juga mempengaruhi sikapnya. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan ragam bahasa yang digunakan, seperti: pembicaraan di depan umum;

pembicaraan dengan orang yang dihormati, pembicaraan resmi,

pembicaraan pribadi, dan pemicaraan biasa atau obrolan.


Ragam bahasa juga ada baku dan tak baku. Bahasa baku dipakai dalam kegiatan resmi (informal), seperti percakapan dalam seminar ilmiyah. Bahasa formal (resmi) berguna sebagai alat komunikasi antar tutor dan anggota, dan sebaliknya. Keduanya menggunakan bahasa baku.


Pembicaraan bahasa tak baku dipakai dalam kegiatan tidak resmi (nonformal), seperti percakapan sehari-hari. Bahasa non formal (tak resmi) berguna sebagai alat komunikasi antar sahabat, antar rekan kerja, dan keduanya digolongkan dalam ragam bahasa tidak baku.


Ragam bahasa menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Hal ini dipengaruhi dari lingkungan, agama, dan profesi masing-masing penutur.


Perbedaan itu tampak jelas dalam pemilihan atau penggunaan kata-kata, istilah, dan ungkapan khusus yang digunakan pada bidang tertentu. Seperti istilah dalam bidang kedokteran, hanya dapat dimengerti oleh kalangan dokter dan orang-orang tertentu. Pemilihan kata tersebut disesuaikan dengan kebutuhan bidang pemakaiannya.


Share:

Jan 23, 2022

CONTOH DAFTAR HADIR RAPAT MUSYAWARAH

Inilah Contoh Berkas Daftar Hadir Rapat atau Musyawarah sebagai referensi bagi kawan-kawan yang ingin membuat dokumentasi pemberkasan atau melengkapi administrasi kerja, atau keperluan sejenisnya. Contoh surat dilengkapi link download untuk mengunduh file Contoh Daftar Hadir Rapat atau Musyawarah berformat doc. dan pdf. Kawan-kawan bisa memilihnya sesuai keinginan.


DAFTAR HADIR RAPAT/MUSYAWARAH
TENTANG _____________________________
KANTOR/LEMBAGA/ORGANISASI/ ________________
ALAMAT ______________________________________________

NO

NAMA

JABATAN

ALAMAT

TANDA TANGAN

KET.

1

 

 

 

 

 

2

 

 

 

 

 

3

 

 

 

 

 

4

 

 

 

 

 

5

 

 

 

 

 

6

 

 

 

 

 

7

 

 

 

 

 

8

 

 

 

 

 

9

 

 

 

 

 

10

 

 

 

 

 

11

 

 

 

 

 

12

 

 

 

 

 

13

 

 

 

 

 

14

 

 

 

 

 

15

 

 

 

 

 

16

 

 

 

 

 

17

 

 

 

 

 

18

 

 

 

 

 

19

 

 

 

 

 

20

 

 

 

 

 

21

 

 

 

 

 

22

 

 

 

 

 

23

 

 

 

 

 

24

 

 

 

 

 

25

 

 

 

 

 


Itulah Contoh Daftar Hadir Rapat atau Musyawarah yg dapat admin bagikan. Mudah2an bisa membantu kawan2 dalam melaksanakan tugas duktik atau pemberkasan kerja. Selamat bertugas!

NB. Layout .html tidak serapi layout doc. atau  pdf. Sebaiknya download file lalu edit daripada copas dari laman web.


Download Contoh Daftar Hadir Rapat/Musawarah PDF
Itulah  semoga bermanfaat.

Share:

Top Sepekan

Tag Labels